Sabtu, 13 September 2014

Friday The 13th (Chapter Six)

Author : Kezia Lee

Cast :
Lee Ji Hye (OC)
Cho Kyuhyun
Kim Ki Bum
Kim Jong Woon
Kim Tae Yeon
Xi Luhan 
Kim Jong In
Jung Soo Yeon
Hwang Mi Young
Choi Min Ho
Byun Baek Hyun

Genre :
Horror
Mystery

Length : Chapter 

Note : Sorry, kalau ada Cast yang belum muncul. Di chapter selanjutnya baru akan dimunculkan. Warning! Typo, alur gaje, cerita yang membosankan. Gak seram dan sebagainya. Mohon bantuannya, karena ini adalah FF Horror Mystery pertama saya ._.v

‘Kebenaran tentang mimpi itu memang benar-benar ada..’

Previous Chapter

Tiba-tiba saja, seseorang yang tidak dikenal menodongkan pistolnya tepat disamping kepala Jihye.
“Jangan bergerak, ikuti apa yang aku katakan, kalau kau masih sayang nyawamu.” Ucapnya mengancam. Jihye hanya tersenyum miris.

“Sepertinya kau lupa sedang berurusan dengan siapa..”

“Aku berurusan dengan seorang gadis dari GwangTaek High School, benar bukan?” ucap orang tersebut dengan santainya
“Tsk, aku ragu kalau dugaanmu itu salah.” Dengan langkah secepat kilat, Jihye dengan mudahnya melumpuhkan pria tersebut, dan mengikatnya dipohon. Dibukanya masker yang menutupi sebagian wajah pria itu. Yah, dia berpakaian layaknya ninja.

“Kau?!” Jihye kaget ketika melihat sesosok orang yang baru saja dihajarnya ini adalah orang yang sangat dikenalnya.
“Cho Kyuhyun?!”
“Ya, ini aku. Sekarang lepaskan ikatan ini.” Ucapnya memelas. “Oh, maaf.” Balas Jihye. 
“Kenapa tadi kau menyerangku? Bahkan pistol ini hanyalah mainan.” Gerutu Kyuhyun. “Maaf, tadi itu gerak refleks.”

“Gerak refleks? Kenapa gerak refleks bisa sekuat itu? Dan satu hal lagi, kau bilang bahwa dugaanku salah, bahwa kau adalah murid GwangTaek High School..” Kyuhyun mulai menyerangnya dengan berbagai pernyataan dan pertanyaan. Jihye terdiam, bukan karena tidak mau menjawab, tetapi bingung ingin menjelaskannya.

“Aku butuh kejujuranmu. Tolong..” ucap Kyuhyun mendesak. Mau tidak mau, Jihye harus menceritakan beberapa hal itu padanya.
“Baiklah, aku akan menceritakannya. Tetapi, tidak sekarang. Oke?” ucap Jihye yang kemudian berbisik bahwa dirinya sedang diawasi.

Selama seharian itu, dalam benaknya terus terngiang ‘Apakah aku dapat mempercayainya? Bagaimana jika dia memberitahukan identitasku pada orang lain? Atau mungkin dia nantinya akan membenciku?’

“Jihye-ya!” panggil Jongwoon membuyarkan lamunanku. “A-ku su-dah men-da-pat-kan file-nya!” ucapnya mengeja kalimat per suku kata dari kejauhan. Jihye mengangguk tanda mengerti. Kemudian bergegas mengikuti jejaknya.

Mereka berempat berkumpul di Ruang Osis. Ya, berempat. Taeyeon, Jongwoon, Jihye dan Kibum.

“Kenapa kau ada disini?” Tanya Jihye ketika melihat Kibum yang sedang berbincang hangat dengan Taeyeon.
“Oh, Jihye-ya. Kata Kibum dia ingin membantu kita memecahkan masalah ini.” Ujar Taeyeon dibarengi dengan anggukan Jongwoon. Awalnya Jihye sedikit ragu, namun akhirnya ia menyetujui bergabungnya Kibum dalam misi mereka.

“Lagipula kita juga membutuhkan rekan disekolah untuk membantu kita mengawasi gerak-gerik musuh. Tentunya dengan orang yang tidak mereka ketahui.” Sambung Jongwoon.
“Tenang saja, kau bisa mempercayaiku, Ketua Osis..” ucapnya dengan senyum khasnya.
“Kibum-ssi..” panggil Jihye
“Hmm?” gumamnya
“Aniya.. Lupakan saja.” Balasnya, membatalkan niatnya untuk bertanya.

“Baiklah kalau begitu. Lebih baik kita segera memeriksa filenya terlebih dahulu. Oh ya, Jihye-ya, kau membawa laptopmu kan?” Tanya Taeyeon memastikan.
“Ne, aku menaruhnya dikelas. Sebentar akan aku ambilkan.” Ujar Jihye seraya beranjak dari kursinya.

Koridor sekolah tampak sepi, tidak seperti biasanya. Padahal sekarang masih jam istirahat.
“Aneh..” gumamnya. Dari kelas 2-3 keluar seorang pria yang cukup tinggi sedang memegang ponselnya dan berjalan santai kearah tangga atas. Sepertinya ia hendak pergi ke atap.
Karena penasaran, Jihye membuntutinya secara diam-diam. Berusaha untuk tidak membuat suara sekecil apapun.

Sesampainya diatas, pria tersebut melihat sekeliling untuk memastikan bahwa tidak akan ada yang mendengarnya disana. Jihye bersembunyi dibalik sebuah tong yang cukup besar, sambil mencoba mendengarkan apa yang mereka bicarakan.

“Apakah kau sudah melakukan tugasmu dengan benar?”
“Ya, aku sudah berhasil memusnahkan 2 da----”
“Apa kau yakin sekarang kau aman?”
“Apa maksudmu?”
“Kau kini sedang diawasi.”
“Aku tidak melihat siapa-siapa disini.”
“Cih, dasar bodoh. Perhatikan sekelilingmu. Ada seseorang yang sedang mendengarkan pembicaraan kita sekarang.”
Jihye panik, ingin rasanya dia segera kabur dari tempat itu, tapi mau bagaimana lagi, jika dia membuat suara sedikit saja, pasti akan ketahuan.
‘Tap..Tap..Tap..’ suara langkah kaki semakin mendekat, jantungnya berdegup kencang tak karuan.

Tak lama, suara langkah kaki tersebut berhenti, kemudian pergi menjauh dari sana. Dalam kesempatan itu, Jihye berusaha kabur dan berlari sekencang mungkin untuk menghindarinya.

Sesampainya diruang osis, ketiga rekannya kebingungan melihatnya yang sudah seperti orang gila.
“Kenapa rambutmu acak-acakan seperti itu? Apakah ada badai lewat saat kau dijalan?” Tanya Taeyeon menyernyitkan dahi.
“Dimana laptopnya?” Tanya Jongwoon dengan wajah polosnya.
“Hosh.. A-ku.. Ta—di..” Jihye berusaha meneraturkan nafasnya. Dia ingin mengatakan sesuatu yang menurutnya sangat penting.

“Pelan-pelan, Ketua..” ucap Kibum seraya memberikan sapu tangan untuk mengelap keringat yang bercucuran diwajah Jihye.
“Aku.. Sepertinya mengetahui, siapa ‘joystick’ dari permainan ini..”

“Kau serius?” Tanya Jongwoon tak percaya. “Ya, tapi kita tidak bisa menangkapnya sekarang. Kita butuh surat izin resmi dari kejaksaan. Dan itu butuh waktu 1 minggu untuk diproses.”
“Lagipula kita tidak punya cukup bukti. Atau kau punya buktinya?” Tanya Taeyeon.
“Semuanya ada disini.” Ucap Jihye seraya mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya.

****
Saturday, 21st July 2007

“Kau sudah memeriksa file yang dikirimkan itu?” Tanya Jongwoon pada Taeyeon yang sedang membaca file yang diberikan oleh Jongin.
“Ya, disitu terdapat sebuah artikel yang menyatakan bahwa di sekolah ini pernah terjadi pembunuhan massal yang menewaskan sebagian dari penghuni sekolah ini. Termasuk para guru, dan juga murid-muridnya.” Jelas Taeyeon.
“Pembunuhnya?”
“Seorang bernama Kim Sang Hyun yang diduga adalah seorang psikopat yang telah membunuh keluarganya sendiri.”

“Kapan mereka akan sampai?” gerutu Jihye, yang sudah bosan membolak-balik lembaran artikel tersebut.
“Sebentar lagi, bersabarlah.” Ucap Taeyeon.  Mereka kini telahberada di apartemen Jihye. Karena hari ini hari Sabtu, jadi sekolah libur dan mereka bebas tugas sekolah.
“Maaf menunggu lama.” Ucap Luhan yang datang bersama Jongin. Ya, mereka sudah tahu kode apartemen Jihye, sehingga tidak perlu menunggu untuk dibukakan pintu.

“Dari daftar nama korban yang ada disini, mengapa tidak ada satupun nama Jung Sooyeon yah? Ini aneh..” ucap Jihye curiga.
“Mungkin kah, sebenarnya Sooyeon itu belum meninggal?” Tanya Luhan.
“Tidak mungkin, bagaimana caranya dia menunjukkan padaku tragedi pembunuhannya kalau dia belum meninggal? Sepertinya ada yang tidak beres.”

“Tidak beres? Maksudmu?”  Jongin bingung.
“Karena namanya tidak terdaftar dalam list ini, mungkinkah mayatnya tidak ditemukan?”
“Dan karena itu, dia memberimu sebuah kode untuk menemukan siapa pelaku sebenarnya pembunuhan ini?” tebak Luhan.

“Itu maksudku.” Jihye mengiyakan pernyataan Luhan.
“ Kalau begitu, tunggu apa lagi? Mari kita selidiki!” seru Jongwoon bersemangat.
“Ah, astaga aku lupa!”  celetuk Jihye menepuk jidatnya.

“Waeyo?” Tanya Taeyeon. “Aku meninggalkan kunci sekolah di Ruang Osis.” Ucapnya merasa bersalah.
“Aigoo, yang benar saja. Kenapa kau bisa seceroboh itu?” ucap Jongwoon kesal. Semangatnya untuk menyelidiki hal tersebut sudah luntur.
“Jeongmal mianhae..” ucap Jihye merasa bersalah, dan juga kesal atas kecerobohannya.

Tiba-tiba saja, terdengar suara seseorang yang mencoba membuka kode apartemennya. Kim Kibum.
“Mungkin, aku bisa membantu?” ujarnya sambil menunjukkan segerombolan kunci yang ada dalam genggamannya. Semua bernafas lega.
“Syukurlah, kau datang. Tapi, bagaimana kau tahu kode pengaman pintunya?”Tanya Jihye heran.
“Kau lupa yah, dulu aku pernah kesini sekali.” Ujar Kibum mengingatkan. “Ah, geuraeyo.”
“Baiklah, kalau begitu ayo kita berangkat sekarang. Jangan mengulur waktu lagi kalau tidak ingin pulang terlalu malam.” Sahut Jongwoon dibarengi anggukan seluruh anggota.

****

“Oh ya, dalam mimpimu dimana kau melihat Sooyeon tewas?” Tanya Jongwoon sambil menelusuri sekolah.
“Hmm, kalau tidak salah dikelas 2-3.”
“Kelas 2-3? Bukankah itu kelas kita?” gumam Kibum.
“Kalau begitu kita harus memeriksanya.”
Mereka memeriksa setiap bagian kelas itu, namun tidak membuahkan hasil.
“Kira-kira dimana kau akan menyembunyikan mayat ditempat ini..” Luhan mengandai-andai jika dirinya adalah si pelaku. Jihye mencoba mengingat-ingat kembali dimana tepatnya pembunuhan itu terjadi.

“Apakah jangan-jangan pelaku tersebut tidak menyembunyikan mayatnya disini?” Jongin mulai ragu.
Namun Jihye tidak menghiraukan ucapan mereka. Sedikit demi sedikit, Jihye mulai mendapatkan petunjuk.

Dia mencoba untuk pergi kebelakang meja guru. Tercium bau tidak sedap dari sana. Entah kenapa baru sekarang tercium. Dia mencoba melihat ubin yang dipasang ditempat itu, entah kenapa ubin tersebut sedikit longgar.

“Teman-teman..” mereka menoleh kearah Jihye. “Bisakah kalian membantuku memindahkan meja guru ini?”

‘Sreeet’ meja guru berhasil dipindahkan. Dengan alat seadanya, Jihye mencoba mencungkil ubin tersebut. Dan, berhasil! Ubin tersebut memang sedikit longgar seperti baru dipasang. Terdapat sebuah lubang yang gelap.
Jihye mengarahkan senternya kearah lubang gelap tersebut dan menemukan mayat seseorang yang setengah tubuhnya sudah hampir menjadi tengkorak. Rambutnya telah rontok, matanya hilang satu, dan pada tubuhnya terdapat beberapa cacing.

“Mayat itu.. memang benar-benar disembunyikan disini…”

To Be Continue~

FFnya tambah gaje, kan? Pliss bunuh gue~ :v 
Jangan lupa kritik sarannya. Itu sangat diperlukan '-'

Tidak ada komentar:

Posting Komentar