Sabtu, 13 September 2014

Friday The 13th (Chapter Five)

Author : Kezia Lee

Cast :
Lee Ji Hye (OC)
Cho Kyuhyun
Kim Ki Bum
Kim Jong Woon
Hwang Mi Young
Kim Tae Yeon
Jung Soo Yeon
Choi Min Ho
Xi Luhan
Kim Jong In
Byun Baek Hyun

Genre :
Horror
Mystery

Length : Chapter 

Note : Sorry, kalau ada Cast yang belum muncul. Di chapter selanjutnya baru akan dimunculkan. Warning! Typo, alur gaje, cerita yang membosankan. Gak seram dan sebagainya. Mohon bantuannya, karena ini adalah FF Horror Mystery pertama saya ._.v


‘Hati-hati ketika kau sedang bermain dengan bunga itu. Ingat, dia mempunyai duri yang sangat tajam.’

Previous Chapter

“Tadi itu hanyalah mimpi? Menegangkan sekali.. Aku merasa seperti benar-benar didalamnya.” Ucap Jihye lega. Namun, dirasakannya seperti sedang memegang sesuatu.

“Bunga milik Sooyeon..?”

Wednesday, 18th July 2007

Jihye terkejut ketika melihat setangkai bunga mawar yang sebagian kelopaknya berlumuran darah. Ia menaruhnya dimeja disebelah tempat tidurnya, kemudian bergegas untuk mandi dan pergi ke sekolah.

****
Sesampainya disekolah, Jihye langsung celingukan mencari batang hidung Taeyeon. Namun, dirinya sama sekali tidak dapat menemukannya.
“Jihye-ya.. Kenapa kau mondar-mandir seperti ini?” Tanya Miyoung yang kebingungan melihatnya.
“Apa kau melihat Taeyeon?” tanyanya tanpa melihat wajah lawan bicaranya ini.
“Aniya. Kurasa dia belum datang.. Lagipula aku juga belum menemukan Baekhyun pagi ini, mereka selalu datang bersama, jadi kusarankan k----” belum sempat Miyoung menyelesaikan kata-katanya, Jihye sudah pergi.

“Ya! Aissh, anak itu menyebalkan sekali!” geramnya. Kyuhyun yang sedari tadi memperhatikan Jihye menyadari perubahan sikapnya pagi ini.
Dia menjadi lebih agresif semenjak kasus pembunuhan dua orang siswi di GwangTaek High School.

Jihye akhirnya memutuskan untuk pergi ke Ruang Osis. Disana, dia tiba-tiba saja bertemu dengan seseorang yang baru saja dikenalnya tempo hari.

“Kibum-ssi, apa yang sedang kau lakukan disini?” Tanya Jihye heran. Karena tidak biasanya ada siswa yang datang ke Ruang Osis disaat ruangan ini kosong.
“Aku hanya mampir sebentar. Tadinya aku ingin mencarimu, tetapi karena kau tidak ada, aku memutuskan untuk kesini, yah kupikir kau pasti akan ketempat ini cepat atau lambat. Dan perkiraanku, benar.” Balasnya.

“Foto-foto dalam buku tahunan ini sangat lucu..” ucapnya sambil tertawa kecil seraya memberikan sebuah buku ‘GwangTaek High School Yearbook’.
“Kudengar, buku ini akan diperbaharui setiap tahun bukan? Hmm, tak terasa satu tahun lagi, kita semua akan ada dalam buku tersebut.

“Kau benar. Walaupun tidak semua dari kita akan berada dalam buku tersebut. Cha Haerin, Han Soona. Aku tidak tahu, apakah sekolah akan tetap memasukkan nama mereka dalam buku ini.” Raut wajah Jihye mulai berubah. Ia mengingat kedua orang korban yang bahkan belum sempat dikenalnya.

“Tenang saja, akan aku pastikan nama mereka masuk kedalam buku tahunan sekolah ini.” Ujar Kibum sambil tersenyum. Jihye menanggapinya dengan anggukan kecil, walaupun ia merasa bahwa ia sudah sering melihat senyuman itu sebelumnya.

“Oh ya, bagaimana kau bisa masuk kesini? Kuncinya saja ada bersamaku.”  Jihye menyadari bahwa bukan dia yang membuka pintu ruangan ini.
“Aku hampir lupa mengatakannya padamu. Dewan guru sudah mengangkatku sebagai Wakil Ketua Osis yang baru. Katanya, Wakil Ketua Osis yang lama sudah mengundurkan diri dan pindah ke sekolah lain.” Sahutnya mantap.

“Kalau begitu selamat bergabung..” ucap Jihye menjabat tangan Kibum. Yah, di GwangTaek High School, Ketua dan Wakil Ketua Osis memiliki hak untuk memegang kunci seluruh sekolah, terkecuali ruangan klub, ruangan guru dan kepala sekolah.

Diluar, tampak seseorangyang mendengarkan pembicaraan mereka berdua. Yang tak lain dan tak bukan adalah Kyuhyun.
“Kau sepertinya lebih bahagia bila bersamanya, bahkan kau tak pernah tersenyum seperti itu padaku. Kalau begitu, berarti kau sudah tidak memerlukanku.” Kyuhyun tersenyum miris. Kemudian berlalu, bersamaan dengan kedatangan Taeyeon dan Jongwoon.

“Jihye-ya!” Panggil Taeyeon, ketika ia berhasil menemukannya. “Kau kemana saja?” sambungnya.
“Justru aku yang harusnya bertanya seperti itu kepadamu!” ujar Jihye.
“Nuguseyo?” Tanya Jongwoon yang menemukan Kibum sedang duduk disana.

“Oh, annyeonghaseyo. Joneun Kim Kibum imnida. Mulai sekarang, aku adalah Wakil Ketua Osis yang baru. Salam kenal.”
“Oh, begitu. Selamat bergabung.”
“Terima kasih. Kalau begitu aku permisi dulu.” Ucap Kibum seraya pamit.

“Jihye-ya..” panggil Jongwoon.
“Waeyo?”
“Sudah berapa lama kau mengenal Kibum?”
“Hmm, aku baru bertemu dengannya kemarin. Katanya dia adalah salah satu murid yang cukup pendiam dan misterius. Aku senang melihatnya bisa bergabung dengan OSIS. Setidaknya dia bisa lebih akrab dengan anak lainnya.”  Jelas Jihye.

“Entah kenapa, aku sepertinya pernah melihatnya sebelumnya.” Ucap Taeyeon seolah melengkapi kalimat Jongwoon.
“Tentu saja, dia berada dikelas kita. Jadi kalian pasti pernah melihatnya.” “Begitu kah?” Jongwoon sedikit ragu. Tapi, memang tidak dapat disangkal pendapat Jihye yang sederhana itu.

“Oh ya, aku sepertinya mendapatkan sebuah petunjuk untuk memecahkan teka-teki yang kudapat kemarin.” Ujar Jihye antusias. Taeyeon dan Jongwoon serius mendengarkannya. Kemudian Jihye menceritakan apa yang dialaminya dari sebelum tidur, hingga dia bangun pagi ini.

“Kau yakin dia Sooyeon yang kau halusinasikan kemarin?” Tanya Jongwoon ragu.
“Aku tidak sedang berhalusinasi! Dia benar-benar nyata. Bahkan aku sampai melihatnya tewas terbunuh oleh temannya sendiri.”
“Apa maksudnya terjadi pemberontakan organisasi?” kali ini Taeyeon yang bertanya.
“Entahlah. Aku sendiri tidak mengerti apa yang dimaksudkan. Aku juga tidak tahu, organisasi angkatan berapa yang akan memberontak. Kau tahu kan, tidak hanya ada satu generasi dari angkatan tersebut.”

“Apakah kau membawa teka-teki kemarin?” Tanya Jongwoon. Jihye langsung merogoh ranselnya dan kemudian memberikan kertas tersebut padanya.
“Mungkin kah, mimpiku ada kaitannya dengan semua ini?” gumamnya.
“Selain itu, apa lagi yang kau temukan?”

“Hmm, saat aku disana, aku menemukan sebuah koran bertanggalkan 13 April 2001.”
“13 April 2001? Bukankah itu 7 tahun yang lalu?” sambung Taeyeon.
“Kau melihat peristiwa pembunuhan pada tanggal 13 April 2001?” Jihye mengangguk. Kemudian Jongwoon mengambil ponselnya dan menekan tombol telepon.

“Ne, yeoboseyo. Kim Jongin?”
“Ne, waeyo hyung?”
“Bisa kau carikan peristiwa pembunuhan yang terjadi pada tanggal 13 April 2001?”
“13 April 2001?  Bukankah itu peristiwa 7 tahun lalu?” tanyanya bingung.
“Sudah, carikan saja. Kalau kau sudah mendapatkannya, datanglah ke apartemen Jihye nanti.”
“Arraseo.” Tut.. Tut.. Tut.. Sambungan terputus. Jihye menyernyitkan dahinya.

“Bukankah seharusnya, Jongwoon yang memanggil Jongin hyung?” Jongwoon dan Taeyeon sedikit tersentak mendengarnya.
“Sepertinya ingatannya memang benar-benar hilang.” Ucap Taeyeon menghela nafas.
“Jihye-ya. Kau lupa yah, aku sedang menyamar sebagai seorang siswa? Apa kau lupa umurku kini berapa?” Tanya Jongwoon membuat Jihye semakin bingung.

“Biar aku saja. Jongwoon tahun ini berumur 21 tahun, dan aku 20 tahun. Jangan terkejut, Jihye-ya. Ini memang sudah menjadi keharusan kami agar identitas asli kita tidak terbongkar.” Jelas Taeyeon. Semua itu membuat Jihye sedikit merasa  tidak nyaman, yah karena  dia sudah terbiasa memanggil mereka dengan nama, dan kini mereka mengakui umur mereka 4 – 5 tahun lebih tua darinya.

“Mungkin kau juga tidak ingat, bahwa digenerasi kita kaulah yang paling muda. Jongin dan Luhan berumur sama, 19 tahun. Oh ya, satu lagi. Bersikaplah seolah kau tidak mengetahui hal ini, oke? Aku tidak ingin orang lain curiga. Karena kita tidak bisa menebak siapa musuh kita saat ini.” Jongwoon memperingatkan, nada bicaranya sengaja diperkecilnya. Agar tidak didengar oleh orang lain.

“Baiklah, akan aku coba.”

****

Angin sepoi-sepoi menerpa wajah gadis itu. Angin musim gugur yang menyejukkan. Jihye tengah menunggu seorang pria yang sudah lama dikaguminya, walaupun ia tak menunjukkannya secara langsung.

Daun Maple mulai berjatuhan. Warna keemasan daun tersebut sungguh menjadi panorama bagi orang-orang yang melihatnya.

“Sedang apa kau disini?” Seseorang yang dikenalnya menghampirinya.
“Hmm, hanya sedang ingin mendapatkan angin segar saja. Sudah lama aku tidak kesini. Tempat ini banyak berubah.” Ucapnya pada pria yang tanpa izinnya duduk disebelahnya.
“Tidak biasanya kau disini. Tapi aku rasa ini bagus untukmu, kulihat kau punya banyak sekali masalah yah..” ucapnya mencoba akrab.
“Ya, tidak juga. Banyak hal yang harus aku selesaikan dalam waktu dekat.”
“Jadi Ketua Osis itu sulit yah..” celetuknya.
“Ya, kau sendiri bagaimana? Kau harus terbiasa dengan tugas yang menumpuk dimeja setiap hari. Menjadi Wakil Ketua Osis itu juga tidak mudah..” ucap Jihye tertawa renyah.

“Ya! Kim Kibum!” seseorang memanggil namanya, membuat mereka berdua menoleh.
“Minho-ssi? Waeyo?” Tanya pria yang dipanggil Kibum tersebut.
“Oh, ada Jihye-ssi. Annyeonghaseyo. Aku pinjam Kibumnya yah..” ucap Minho kemudian menarik tangan Kibum kasar.
“Ya! Pelan-pelan! Sakit tahu!” seru Kibum yang mencoba mensejajarkan posisinya dengan Minho.
“Ada apa dengan mereka?” gumamnya.

Tak lama kemudian, ponsel Jihye bergetar. Sebuah pesan masuk. Dari Jongin.

‘Aku sudah menemukan file yang kalian cari. Harus aku bawa kemana?
Aku yakin saat ini kalian masih disekolah.’

Setelah membaca pesan tersebut , Jihye memaikan jari-jemarinya diatas ponselnya dan mengirimnya.

‘Datanglah kesekolah. Pertama hubungi dulu Jongwoon dan Taeyeon.
Suruh mereka menemuiku ditaman belakang sekolah.’

Tiba-tiba saja, seseorang yang tidak dikenal menodongkan pistolnya tepat disamping kepala Jihye.
“Jangan bergerak, ikuti apa yang aku katakan, kalau kau masih sayang nyawamu.” Ucapnya mengancam. Jihye hanya tersenyum miris.

“Sepertinya kau lupa sedang berurusan dengan siapa..”

To Be Continue~

Jangan jadi pembaca gelap yah~ Kritik dan saran sangat dibutuhkan~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar