Sabtu, 13 September 2014

Friday The 13th (Chapter Four)

Author : Kezia Lee

Cast :
Lee Ji Hye (OC)
Cho Kyuhyun
Kim Ki Bum
Kim Jong Woon
Hwang Mi Young
Kim Tae Yeon
Jung Soo Yeon
Choi Min Ho
Xi Luhan
Kim Jong In
Byun Baek Hyun

Genre :
Horror
Mystery

Length : Chapter 

Note : Sorry, kalau ada Cast yang belum muncul. Di chapter selanjutnya baru akan dimunculkan. Warning! Typo, alur gaje, cerita yang membosankan. Gak seram dan sebagainya. Mohon bantuannya, karena ini adalah FF Horror Mystery pertama saya ._.v

'Petunjuk yang aku dapatkan, mengapa tidak kusadari sejak awal?'


Previous Chapter

“Ada apa?” Tanya Luhan dan Jongin bersamaan, ketika melihat Jihye seperti menatap sesuatu dibelakang mereka.

“Apakah kalian… Membawa seorang gadis kesini ?”

Pertanyaan tersebut membuat mereka tercengang. “Seorang gadis? Kami hanya datang berdua..” ucap Jongin yang mulai sedikit takut mendengar ucapan Jihye.
“Tapi, gadis itu.. Dia berada dibelakang kalian..” ucap Jihye sambil menunjuk ketengah Luhan dan Jongin. Namun, mereka tidak melihat seorang pun disana.

“Seperti apa rupanya?” Tanya Taeyeon curiga. “Dia memakai seragam GwangTaek High School..” ucap Jihye singkat. Kemudian menghampiri ‘gadis’ itu.
“Siapa namamu?” Jihye memberanikan diri untuk bertanya pada mahkluk tersebut.
“Joneun.. Jung Sooyeon..” balasnya lirih, bahkan hampir tak terdengar. Dia terus menunduk, wajahnya tertutupi oleh rambut tebal nan panjang.

“Jung Sooyeon.. Kenapa kau bisa disini..?”
“Aku..Aku…Aku.. Tolong---” Gadis bernama Sooyeon itu mengangkat kepalanya. Jihye berteriak, sontak terjatuh kebelakang. Gadis itu, wajahnya sudah hancur, bahkan matanya sudah hilang satu.

‘Hosh..hosh..hosh..’ Jihye berkeringat seperti sedang dikejar-kejar sesuatu. Ternyata hal tadi itu hanyalah mimpi. Dilihatnya sekeliling. Teman-temannya tertidur pulas, sepertinya kelelahan ketika sedang mencoba memecahkan petunjuk tersebut. 

Dilihatnya jam yang menempel di dinding. Waktu menunjukkan pukul 19:23 KST. Jihye memutuskan untuk memasak sesuatu untuk rekannya, namun sepertinya ia tidak menemukan sesuatu yang bisa dimasak. Akhirnya, ia memutuskan untuk pergi keluar dan berbelanja.

“Hmm, beli apa yah.. Sesuatu yang tidak memakan waktu lama untuk dimasak. Ah~ Aku beli bumbu kari saja! Sepertinya nasinya tadi masih banyak.” Gumam Jihye sesaat ketika berada disekeliling rak makanan disebuah minimarket.

Alunan lagu yang diputar oleh pihak minimarket tersebut sangat indah, tetapi musiknya yang sangat enak didengar tersebut tiba-tiba saja berubah menjadi suara tawa seseorang.

‘Hahahaha~ Ternyata gadis kecilku sudah tumbuh dewasa yah..’ suara dari speaker tersebut, dan lantas hal itu membuat semua orang panik dan berlari ketakutan. Sayangnya, pintu telah terkunci dan tidak ada seorang pun yang bisa keluar.
“Apa maumu?!” kesal Jihye. “Jangan menyia-nyiakan nyawa orang yang tak bersalah.” Ucapnya geram. Kesabarannya sudah mulai habis.
‘Ouh.. Tenang dulu sayangku. Aku tidak akan membunuh mereka sekaligus kok.. Aku hanya akan menyiksa mereka secara perlahan..’ ucapnya kemudian tertawa lagi.

“Ini tidak lucu.  Lebih baik segera tunjukkan dirimu, dan mari selesaikan ini semua! Jangan mempermainkanku!” ucap Jihye emosi.

‘Oh~ Jangan terlalu terburu-buru. Nanti kita pasti akan berjumpa lagi.. Sampai jumpa~’Ucapnya, lalu speaker tersebut kembali memutar musik, dan keadaannya mulai membaik.

Jihye bergegas untuk membeli bahan yang diperlukan, dan segera pulang untuk memberitahukan kejadian ini pada rekannya yang lain.

“Ketua Osis..” seseorang memanggilnya. Dari panggilan tersebut, sudah bisa ditebak bahwa dia adalah murid GwangTaek High School.

****
‘Tuu.. Tuu.. Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif, atau berada diluar jangkauan—‘

“Kemana perginya gadis itu?” kesal Taeyeon yang mencoba menghubungi Jihye selama satu jam namun tidak membuahkan hasil.

Tiba-tiba sebuah panggilan telepon masuk. Disitu tertera nama ‘Jongwoon Kim’.
“Yeoboseyo?”
“Apakah dia sudah kembali?” suara diseberang sepertinya juga menanyakan hal yang sama.
“Belum, sampai sekarang aku mencoba menghubunginya, tapi tidak ada hasil.” Taeyeon mendengus kesal.

‘Seseorang tengah memasukkan kode apartemen dan ceklek~’

Pintu apartemen terbuka, seseorang yang sedari tadi dicari-cari akhirnya muncul. Bersama seorang pria.
“Jihye-ya! Kenapa kau lama sekali pulang! Darimana saja kau?!” seru Taeyeon yang langsung menyambar Jihye dengan sebuah pelukan kekhawatiran.

“Taeyeon-ah.. Tenang saja, aku tadi ke minimarket dekat sini kok, tidak terjadi apa-apa padaku.” Ucap Jihye berusaha menenangkan Taeyeon.
“Oh ya, kenalkan. Ini Kim Kibum. Tadi aku bertemu dengannya saat dijalan. Jadinya kami pulang bareng!” ucap Jihye sambil tersenyum. Taeyeon menatap Kibum sebentar, lalu melihat kearah Jihye lagi.
“Aigoo, bahkan ketika semua orang kebingungan mencarimu, kau malah pulang dengan wajah yang santai begitu. Kau ini benar-benar.” Taeyeon menjitak kepala Jihye.
“Mianhae~” ucap Jihye sambil mengelus kepalanya.

“Oh, kalau begitu aku pulang dulu. Selamat malam, Ketua Osis, Taeyeon-ssi..” ucap Kibum lalu beranjak pergi.
“Ne, hati-hati dijalan Kibum-ssi. Terima kasih sudah mengantarku pulang.” Ucap Jihye sambil membungkukkan badannya.

“Astaga! Aku lupa memberitahu mereka!” ucap Taeyeon menepuk jidat.
“Memberitahu soal apa?”
“Memberitahu bahwa kau sudah kembali. Kau tahu, mereka sampai keliling Seoul hanya untuk mencarimu.” Taeyeon langsung menghubungi Jongwoon dan yang lain agar segera pulang. Sementara Jihye sibuk memasak makan malam untuk mereka.

“Mawar putihku yang malang.. Sebentar lagi, aku akan mengubahmu menjadi mawar merah yang sangat cantik.” Gumam seseorang, sambil memegang setangkai bunga mawar putih, yang satu per satu kelopaknya berubah warna merah.

****
“Kajja~ Mari dimakan dulu karinya.. Maaf aku membuat kalian semua khawatir.” Ujar Jihye sambil membawa beberapa piring ke meja makan. Dengan lahapnya, mereka memakannya untuk mengisi perut mereka yang kosong sejak siang tadi.

“Ya, setidaknya kau pulang untuk membuatkan kami sesuatu yang bisa kami makan.” Jawab Jongin dengan mulut penuh. Taeyeon dan Jihye hanya bisa tertawa kecil melihatnya.

Setelah selesai makan, mereka kembali menyelidiki tentang petunjuk tersebut.
“Menurutmu ini apa?” Jongwoon memulai dengan bertanya pada Luhan.
“Apakah angka-angka ini berarti sebuah kalimat?” jawabnya.
“Bisa jadi, tapi apa yah..” Ucap Jongin seraya berpikir.

Seketika Taeyeon berseru, “Aku sepertinya tahu..”

Selang beberapa saat, kode tersebut berhasil dipecahkan. Sayangnya, petunjuk itu masih berupa teka-teki yang harus diselidiki lagi.

‘Kematian ada pada gadis April
Petunjuk dalam bulan Juli
Hujan turun diakhir musim panas’

Taeyeon membacakan hasil yang didapat dari penelusuran kode-kode tersebut. Semua yang ada disana menjadi semakin bingung dengan petunjuk tersebut.

“Apa maksudnya itu?” Tanya Jongwoon bingung.
“Kau yakin, orang itu tidak menjebak kita?” Tanya Luhan ragu
“Kurasa tidak. Lagipula, kita belum selesai mendapatkan makna dari petunjuk ini, kan?” ucap Jihye, yang setidaknya sedikit menghilangkan keputusasaan mereka.

Tak terasa, kegiatan tersebut sudah berlangsung hampir 4 jam. Mereka pun akhirnya bergegas untuk pulang.

“Aku akan mengantarkan Taeyeon pulang.” Ucap Jongwoon sambil memasang sepatu. “Tidak baik membiarkan seorang gadis pulang sendirian.” Sambungnya.
“Kalau begitu, aku dan Luhan pulang dulu. Jaga dirimu baik-baik, Jihye-ya..” Jongin berpamitan. Kemudian disusul oleh Taeyeon dan Jongwoon.

Jihye berada dalam ruangan yang cukup luas itu sendirian. “Hmph.. Sekarang tempat ini jadi sepi.” Gumamnya, kemudian membereskan beberapa barang yang tersisa.
Disela-sela membersihkan ruang tamu, Jihye menemukan sesuatu yang mungkin merupakan sebuah petunjuk baru.

“Setangkai mawar putih? Bercampur warna merah? Apakah bunga ini terkena tinta merah?” gumamnya. “Tetapi seingatku aku tidak mempunyai tinta berwarna merah.”

Jihye memutuskan untuk membuang bunga mawar tersebut ke dalam tong sampah yang berada diluar apartemen. Kemudian beranjak kekasur dan pergi tidur. Sungguh, hari itu adalah hari yang sangat melelahkan.

****
Jihye berada dalam sebuah tempat yang sudah tidak asing lagi baginya, sekolah. Namun, sepertinya ada yang berbeda dari tempat ini.

“Sepertinya bangunan ini adalah gedung sekolahku beberapa tahun yang lalu.” Gumamnya sambil menelusuri koridor sekolah. Dilihatnya lembaran koran yang tergeletak dilantai.

“13 April 2001? Bukankah ini berarti 7 tahun yang lalu?” Jihye keheranan. Bagaimana mungkin dirinya bisa berada disekolah ini?

Koridor sekolah ini kosong, hampir tidak ada seorang pun yang ada disini. Namun, dirinya mendengar suara aneh dari arah kelas 2-3.

“Andwae~!” lengkingan suara seorang gadis terdengar begitu menusuk telinga. Jihye segera berlari ke sumber suara. Dirinya terkejut menyaksikan bagaimana pembunuhan seorang gadis SMA, oleh temannya sendiri?

Seorang pria membawa sebuah pisau yang tajam, kemudian menusukkannya pada perut gadis tersebut. Menusuknya berulang kali, hingga tempat tersebut dibanjiri oleh cairan merah kental dan amis tersebut.

“To-long.. A-ku.. A—” ucapnya meminta tolong.  Pria kejam tersebut hanya tertawa, dan kemudian mencoba untuk mencungkil mata gadis yang tidak berdaya itu.

“Kalau kau seperti ini, kau akan tampak lebih cantik~” ucapnya sambil asyik merusak wajah manis gadis tersebut.

Jihye yang melihat kejadian tersebut hanya bisa menutup mulutnya. Matanya mulai memerah, menahan tangis dan rasa takut. Walaupun rasanya ingin pergi, tetapi kakinya seperti tidak bisa bergerak.

Bunga mawar putih yang berada didekat meja disamping pembunuh tersebut terjatuh dan sebagian dari kelopak bunganya terkena darah segar yang mengalir dari tubuh gadis tersebut.

‘Gadis itu, Jung Sooyeon..’ batinnya.
“Sekarang kau sudah tahu..” bisik seseorang. “Siapa disana?” Tanya Jihye.
“Jihye-ya.. Pemberontak organisasi sudah muncul kembali..” bisikan itu terdengar semakin jelas.
“Pemberontak?” Tanya Jihye, sambil melihat ke sekeliling. Tidak ada seorang pun disana.
“Kau harus mencegah mereka, sebelum mereka berhasil ‘membersihkan’ kota ini..”
“Siapa itu? Dan, apa maksudmu? Aku tidak mengerti?!” Jihye semakin kebingungan.

“Carilah kebenarannya, hanya kau yang bisa menghentikannya.” Suara tersebut semakin mengecil dan lama-kelamaan menghilang. Semuanya menjadi gelap dan Jihye tersadar ketika alarmnya berbunyi.

“Tadi itu hanyalah mimpi? Menegangkan sekali.. Aku merasa seperti benar-benar didalamnya.” Ucap Jihye lega. Namun, dirasakannya seperti sedang memegang sesuatu.

“Bunga milik Sooyeon..?”

To Be Continue~

Jangan salahkan FF ini makin gaje -_- 
Jangan lupa kritik sarannya~ 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar