Minggu, 14 September 2014

Friday The 13th (Last Chapter)

Author : Kezia Lee

Main Cast :
Lee Ji Hye (OC)
Cho Kyuhyun
Kim Ki Bum
Kim Jong Woon
Kim Tae Yeon
Xi Luhan
Kim Jong In
Byun Baek Hyun
Hwang Mi Young
Jung Soo Yeon
Choi Min Ho

Genre :
Horror
Mystery

Length : Chapter 

Note : Sorry, kalau ada Cast yang belum muncul. Di chapter selanjutnya baru akan dimunculkan. Warning! Typo, alur gaje, cerita yang membosankan. Gak seram dan sebagainya. Mohon bantuannya, karena ini adalah FF Horror Mystery pertama saya ._.v


Previous Chapter

‘Jika saat itu kau bisa lebih jujur padaku, mungkin hal seperti ini tidak akan pernah terjadi…’

“Maaf, Jihye-ah.. Aku membuatmu menunggu terlalu lama..” Kibum berusaha menenangkan gadis  didepannya ini.
“Aku.. Sudah mengingatnya. Orang yang selama ini membantuku, adalah dirimu..” Kibum mengelus kepala Jihye pelan, sambil tersenyum miris. ‘Ceklek.’ Raut wajah Jihye berubah. Sebuah pistol kini menempel disamping kepalanya. Siap menembus kepalanya. Kibum melepas pelukannya, atau lebih tepatnya melepaskan diri dari pelukan Jihye. Wajahnya begitu dingin, dengan killer smilenya.
“Kali ini, benar-benar minta maaf..”

Hatinya bergejolak. Pria yang selama ini yang selalu berada disampingnya, orang yang selalu menolongnya memecahkan misteri. Kini adalah orang yang akan membunuhnya?
“Kenapa kau melakukan ini?” Tanya Jihye yang tak percaya dengan apa yang dilihatnya kini. “Katakan padaku kau melakukan ini hanya untuk mengecoh musuh.” Sambungnya. Kibum menggeleng, kemudian tersenyum licik. “Terima kasih karena telah mempercayaiku.” Ucapnya bersiap untuk menekan bidik pistol dan menembaknya.

“Sepertinya kau sudah tidak sabaran untuk membunuhnya, ya? Kim Kibum?” ucap Arthur yang entah kenapa bisa berada disana, bertepuk tangan sembari menyaksikan adegan itu.
“Kau datang disaat yang tepat. Aku baru saja akan meluncurkan peluru ini.”
“Woo, jangan terburu-buru, Kibum. Akan lebih baik jika kita menyiksanya secara perlahan dan kemudian membiarkannya mati bersama teman-temannya.” Saran Arthur yang langsung disetujui oleh Kibum.

“Kau benar juga. Lebih baik kita lenyapkan mereka semua sekaligus, agar tidak ada penganggu yang dapat menghalangi kita.” Ucapnya. “Apa kau benar-benar akan menuruti penjahat seperti dia?! Bahkan setelah kepercayaan yang diberikan padamu? Kau keterlaluan Kim Kibum!” Jihye menggertaknya, namun Kibum hanya tertawa melihat kelakuan gadis didepannya.

“Kepercayaan katamu? Cih! Kau bahkan tidak lain adalah sampah bagiku!” ucapan begitu pedas dilontarkan dari mulut seorang Kim Kibum. “Lalu kenapa selama ini kau membantuku? Memberikan semua petunjuk untuk menemukan jawaban dari misteri ini?” Tanya Jihye, pertanyaan seperti itu membuat Arthur sedikit terkejut, namun rasa curiganya mulai hilang ketika Kibum angkat bicara. “Semua itu kulakukan untuk memenuhi rasa terima kasihku pada Tuan Arthur yang selama ini telah membantuku untuk membalaskan dendamku.”

“Balas dendam? Memangnya apa salahku padamu?” Tanya Jihye tak mengerti dengan apa yang dibicarakan olehnya.
“Kau tidak tahu apa salahmu? Salahmu adalah..” belum sempat Kibum menyelesaikan kalimatnya, terdengar deringan ponsel seseorang. Dapat dipastikan itu adalah milik Kibum

Tuan, kami sudah menangkap teman-teman gadis ini..” ucapnya begitu jelas, membuat Jihye membelalakkan matanya. “Baiklah, segera bawa mereka masuk.” Ucap Kibum, kemudian memutuskan sambungan telepon.
“Apa maksudmu menangkap teman-temanku?” ucapnya setengah berteriak.
“Kau diam saja, Lee Ji Hye!” ucap Kibum dengan tatapan tajam. Orang-orang suruhan tersebut membawa satu per satu teman-teman Jihye masuk keruangan itu.

“Chingudeul.. Naega mianhae..” rintihnya melihat teman-temannya yang penuh luka diseret masuk. “Kalian menderita karenaku. Taeyeon eonni, Jongwoon oppa, Kyuhyun-ssi dan yang lainnya.. Jeongmal mianhae..” ucapnya menitikkan air mata, mencoba merangkak kearah orang yang paling dekat dengannya, Kyuhyun.
“Kyuhyun-ssi..” ucapnya mencoba menyadarkan Kyuhyun, sambil mengelap asap bekas ledakan yang menempel pada pipinya. Tak lama, dirinya merespon. Kyuhyun membuka matanya dan kemudian langsung memeluk Jihye.

“Kau tidak apa-apa, Jihye-ya? Kenapa kau terlihat sangat pucat sekali?” Tanya Kyuhyun yang langsung direspon dengan gelengan Jihye.
“Kau seharusnya memikirkan dirimu sendiri dulu. Aku tidak apa-apa..” ucap Jihye meyakinkannya. Taeyeon, Jongwoon, Baekhyun, dan yang lainnya juga menunjukkan tanda-tanda mereka masih bisa bangkit.

“Cih, menyedihkan sekali! Aku seperti melihat adegan dari sebuah film tragedi.” Ucap Arthur tertawa. Namun, tidak sama halnya dengan Kibum. Dia tampaknya tidak senang dengan apa yang dilihatnya kini.

“Biarkan mereka disini. Beberapa hari lagi, kita akan menyaksikan mereka mati bersama! Ayo, kita pergi dari sini!” perintah Arthur kepada Kibum dan anak buahnya. Keluar dari ruangan itu, dan kemudian mengunci tempat itu.

“Jihye-ya.. Apa kau baik-baik saja? Apakah mereka melakukan sesuatu yang buruk terhadapmu?”  Tanya Taeyeon cemas sesaat setelah sadar dari pingsannya.
“Eonni, sebaiknya kau khawatirkan dirimu sendiri. Justru aku ingin bertanya apa yang telah mereka lakukan sehingga kalian bisa jadi seperti ini..” ucap Jihye yang membuat Taeyeon sedikit terkejut.

“Eo-Eonni?”

“Ne, aku sudah mengingat semuanya. Kenangan saat kita masih berada dalam organisasi. Eonni selalu membantuku dan melindungiku. Maafkan, selama ini aku tidak sopan memanggilmu dengan namamu.” Ucap Jihye dengan senyum tulus mengembang diwajahnya.

“Syukurlah kau sudah menemukan kembali ingatanmu.” Sahut Jongwoon turut senang dengan kembalinya ingatan Jihye.
“Dan kini aku tahu, anggota ‘Rose Hip’ yang berkhianat itu..” ucap Jihye, membuat Taeyeon, Jongwoon, Jongin dan Luhan penasaran.

“Siapa dia?” Tanya Jongin kebingungan. Jihye menghela nafas panjang.
“Mereka adalah anggota ‘Rose Hip-White Rose’ nomor 11, Kim Kibum dan juga ketua dari tim White Rose, Arthur Kirkland.”
“Kim Kibum?!” Miyoung tak percaya dengan apa yang didengarnya. Orang yang selama ini selalu membantu memecahkan kasus dan bahkan telah menjadi seorang Wakil Ketua Osis adalah musuh mereka.

“Kau serius dengan ucapanmu itu?” Tanya Luhan tercengang.
“Ya, aku serius. Bukankah tadi kalian melihat Kibum bersama Arthur disini? Mereka merencanakan ini semua untuk menghancurkan generasi terakhir dari ‘Rose Hip’.” Ucap Jihye.

“Jadi maksudmu, Kibum juga adalah anggota dari ‘Rose Hip’? Kau yakin?” Jihye mengangguk. “Tidak mungkin! Tapi selama diorganisasi aku tidak pernah mendengar seseorang bernama Kim Kibum.” Ucap Jongin yang membuat mereka mulai bingung.
“Aku mengingatnya dengan jelas. Seseorang yang memberiku peninggalan yang sangat berharga. Adalah Kim Kibum..”

****
Saturday, 6th June 2008

“Sampai sekarang pun, kau masih tidak tahu dimana lencana itu berada?” Arthur berbicara dengan nada sedikit emosi.
“Maafkan aku, tapi Jihye tidak pernah mengungkit tentang lencana itu sama sekali. Jadi aku tidak tahu dimana lencana itu disimpan.” Ucap Kibum meminta maaf, Arthur menghela nafas.
“Baiklah. Aku memaafkanmu. Lagipula kau sudah berkorban banyak dalam hal ini. Kita masih punya sisa waktu 7 hari untuk menggeledah tempat tinggal mereka sebelum waktunya untuk menyaksikan mereka mati.” Ucap Arthur melihat kalendernya disana.

“Sekarang, perintahkan anak buahmu untuk segera pergi ke Seoul dan menggeledah tempat tinggal Jihye.” Perintah Arthur.
“Tidak perlu, biar aku saja yang pergi kesana. Lagipula aku tahu kunci pengaman apartemen Jihye.” Balas Kibum, yang kemudian bergegas untuk pergi.

‘Sebenarnya, untuk siapa aku berbuat hal seperti ini? Ayah.. Apakah aku mengambil langkah yang benar?’

“Kim Kibum-ssi. Segera masuk, sebentar lagi pesawatnya akan lepas landas.” Ucap salah seorang petugas yang telah selesai mengecek identitasnya.
“Terima kasih.” Ucapnya, kemudian masuk kedalam pesawat.

SKIP TIME

Setelah turun dari taksi, sebuah panggilan masuk tertera pada layar ponselnya. Tanpa pikir panjang, ia langsung menerimanya.
Kau sudah sampai disana?” Suara khas seseorang yang tanpa basa basi langsung mengutarakan apa yang ingin disampaikannya.
“Ya, aku baru saja sampai disini.”
Baguslah. Segera temukan lencana itu dan bawa kemari kehadapanku.
“Arraseo.” Sambungan telepon terputus. Kibum mengambil langkah panjang menuju ke apartemen milik Jihye. Terdiam sejenak. Seperti bergulir ke masa-masa saat dia mengantarkan Jihye kerumahnya untuk pertama kalinya.

Kemudian menekan angka-angka yang merupakan kode pengaman apartemennya. Ia sangat mengingatnya. 2108. Bukankah itu angka yang familiar?

Dia menelusuri setiap sudut ruangan tersebut. Ruang tamu yang biasa mereka gunakan untuk berdiskusi tentang teka-teki pembunuhan, dapur yang biasa digunakan Jihye dan Taeyeon memasak makan malam untuk mereka, disemua tempat terdapat kenangan yang tertinggal. Kibum tersenyum simpul ketika mengingatnya. Namun, ini bukan saatnya untuk memikirkan hal-hal seperti itu.

‘Jika itu bukan dirimu, aku tidak akan pernah bertindak sejauh ini..’

Kibum memulai pencarian di kamar Jihye. Setelah mencari berjam-jam, hasilnya tetap nihil. Benda itu tidak dapat ditemukan dimanapun. Ada benarnya juga, jika Jihye memang tidak memiliki lencana tersebut. Atau mungkin sama sekali tidak menyadarinya.

Ditengah-tengah kelelahannya mencari sepanjang hari, Kibum melihat sebuah kotak berukuran sedang berwarna biru. Karena penasaran, Kibum membuka kotak biru tersebut. Didalamnya terdapat berbagai benda-benda kecil yang tampak sedikit usang.

“Sepertinya ini barang peninggalan.” Gumam Kibum pelan. Tak sengaja, Kibum menjatuhkan selembar foto yang dibelakangnya bertuliskan :

“Dengan Cho Kyuhyun tersayang, di Lake Louise, Kanada.
Berharap bisa pergi kesana lagi bersama-sama!”

‘Ada apa denganku? Bukankah dia adalah musuhku? Kenapa aku harus merasa sedih karenanya?’

Ponselnya kembali berbunyi, dari penelpon yang sama. Arthur Kirkland.
Apakah kau sudah menemukannya?
“Belum. Aku sedang mencarinya. Namun sejauh ini aku menelusuri tempat ini, tidak ada tanda-tanda dimana lencana itu disimpan.”
Kalau begitu segera temukan, dan jangan kembali sebelum kau punya kabar baik untukku.”
Kibum hanya mengangguk, seolah orang tersebut dapat melihat gerakannya.

“Aku harus segera menemukannya dan kembali.” Gumam Kibum mengumpulkan semangat.

Baru saja ingin beranjak dari sana, Kibum terpikirkan akan sesuatu. “Lencana itu tidak berarti selamanya hanya berbentuk lencana saja bukan.. Katanya lencana itu ada pada Jihye, apakah mungkin kunci keberhasilan kami adalah..” Kibum berlari keluar dari tempat itu dan kemudian  segera memesan tiket untuk pergi ke Pulau Jeju. Namun sayangnya, tiket keberangkatan ke Pulau Jeju tersebut dijadwalkan

****
Monday, 8th June 2008

“Apakah kita akan berakhir disini? Aku masih ingin menghabiskan masa mudaku diluar sana, tidak ditempat gelap dan dingin seperti ini.” Tanya Miyoung mulai putus asa.
“Jangan patah semangat seperti itu! Kita semua juga sedang memikirkan cara bagaimana bisa keluar dari tempat ini.” Ucap Kyuhyun.

“Jihye, sebenarnya aku sedikit penasaran. Mengapa mereka mengatakan bahwa lencana posisi tertinggi organisasi ada padamu?” Tanya Jongwoon.
“Ya, itu cukup aneh karena kau memiliki lencana posisi tersebut padahal kau yang paling muda di organisasi. Memangnya pada saat pelatihan, ada seseorang yang memberimu sesuatu yang berupa lencana?” Sambung Taeyeon.

Jihye tampak berpikir sejenak, kemudian menggeleng. “Tidak ada. Hanya saja sepertinya pernah sekali, seseorang pernah menawarkan untuk membuat sebuah ukiran pada punggungku.” Ucap Jihye polos.
“Ukiran? Ukiran maksudmu semacam tattoo begitu?” ucap Taeyeon curiga. Jihye mengangguk pelan.
“Ukiran seperti apa yang dimaksudnya? Apa kau mengenal orang tersebut?” Tanya Jongwoon. “Hmm, aku sendiri tidak tahu apa yang diukirnya. Aku juga tidak ingat siapa orang tersebut. Hanya saja, ia mengatakan untuk tidak memberitahukan kepada orang lain soal tattoo ini. Dan lagi, katanya anggota lain juga mempunyai lambang yang sama pada tubuh mereka.”

“Kami tidak pernah diberikan himbauan untuk menattoo bagian manapun tubuh kami.” Ucap Jongin yang dibenarkan oleh Luhan dan Jongwoon.
“Jihye, biar aku periksa tattoo mu itu.” Ucap Taeyeon yang kemudian menyuruh para pria untuk menghadap kearah yang berlawanan.

Taeyeon memeriksa punggung Jihye perlahan namun pasti. Hal yang ditakutkannya memang benar-benar terjadi. “Jihye-ya.. Lencana yang dimaksud.. Memang ada pada dirimu..” ucap Taeyeon yang terkejut melihat tattoo mawar putih bercampur merah terukir pada punggungnya, dan itu berada dekat leher sebelah kanannya. 

Jihye tidak menyangka bahwa selama ini dia memang memiliki lencana tersebut pada tubuhnya. Badannya melemas, tak bisa dipercaya bahwa takdir memang menyiapkannya untuk ini.

“Jihye-ya. Kami akan melindungimu. Aku rasa karena itulah slogan ini dibuat : ‘Mawar putih yang akan berubah menjadi mawar merah, lindungi ‘mawar putih’ tersebut dengan nyawamu.’” Ucap Jongin, Luhan, Taeyeon, dan Jongwoon secara bersamaan.

“Dan karena itu juga, aku ingin menyelamatkan kalian..” suara itu tidak berasal dari mereka, “Maka dari itu, kalian harus patuh kepadaku, kalau ingin dia selamat!” sambungnya kemudian menarik Jihye kedalam rangkulannya.
“Lepaskan aku!” rintih Jihye mencoba melepaskan diri dari pria didepannya ini. Namun, apa daya. Dia tak dapat menandingi kekuatan seorang laki-laki apalagi dengan tubuh lemah seperti ini.

“Tuan Kirkland. Sudah lama tidak bertemu denganmu.” Jongwoon membuka pembicaraan. “Aku Jongwoon Kim, ‘Rose Hip-White Rose’ nomor 4.”
“Jongwoon yah.. Hmm, sepertinya aku mengenalmu.” Ucap Arthur santai, Jongwoon kemudian menyerangnya secepat kilat, namun sayang gerakannya dapat terbaca dengan mudah oleh seorang Arthur.

“Arghh!” rintihnya. Cairan merah kental mengalir dari lengan kanannya. “Cih, sepertinya kau lupa ya. Dalam organisasi, kau dilarang melawan ketua tim mu. Kalau kau melawannya ini adalah akibatnya. Beruntung aku hanya menyayat dagingmu saja. Kalau kau bukan anak buahku, mungkin sudah kupatahkan tulang lenganmu.” Ucap Arthur.

“Kau sudah bukan ketua kami lagi! Kau adalah pengkhianat!” ucap Taeyeon. “Oh, ternyata kau berani juga ya..” Ucap Arthur menggenggam wajah Taeyeon dengan kasar. “Apakah kau ingin aku mematahkan rahangmu, agar kau tidak bisa bicara lagi, huh?” ucapnya tertawa. “Jangan ganggu dia!” ucap Baekhyun yang mencoba menolong Taeyeon. Namun, seperti biasa Arthur dapat dengan mudah menyingkirkannya dan melemparnya jauh.

“Baekhyun-ah!” teriak Taeyeon. “Tidak akan kumaafkan!” Taeyeon mengumpulkan seluruh kekuatannya dalam satu pukulan. BUGH! Dan itu berhasil membuat Arthur merintih kesakitan. Taeyeon segera menghampiri Baekhyun dan kemudian membungkus lukanya dengan sobekkan kain bajunya.

“Jangan ganggu teman-temanku! Lawanmu adalah aku! Jangan sentuh mereka!” ucap Jihye marah. “Oh, ternyata gadis lugu ini juga ingin melawanku yah?” ucap Arthur kemudian menyuruh anak buahnya mengambil pisau yang telah diasah tajam.
“Silahkan saja jika kau ingin membunuhku!” tantang Jihye. Ia menduga bahwa Arthur sama sekali tidak tahu.
“Baiklah, kau yang memintanya! Aku akan mengabulkannya untukmu!” ucap Arthur siap mengayunkan pedang samurainya untuk memenggal kepala Jihye. “Tunggu!” teriak seseorang menghentikan adegan itu. “Jangan sakiti gadis itu!”

“Ya, Kim Kibum! Kau baru saja merusak kesenanganku! Sekarang apa, kau ingin berpihak kepadanya?” ucap Arthur yang kelihatannya mulai kesal. Kibum menghampirinya dengan perasaan bimbang.
“Bukan seperti itu..” Kibum menyangkalnya.
“Lantas, ada apa? Oh ya, apakah kau sudah menemukan dimana lencana itu berada?”
“Lencana itu.. Ada disini..”
“Disini? Dimana?” Tanya Arthur yang celingukan mencari kesekeliling.

“Lencana itu, bukan berupa sebuah benda. Melainkan, seseorang.. Yaitu Lee Jihye sendiri.” Ucap Kibum sambil menunjuk kearah Jihye. Arthur menoleh kearahnya. “Kau adalah lencana itu?” ucapnya tak percaya.
“Hanya saja, aku tidak tahu, lencana seperti apa yang ada pada dirinya.” Ucap Kibum ragu.
“Aku akan memberitahukan dimana lencana tersebut, tetapi dengan satu syarat.” Ucap Jihye angkat bicara. Mereka terkejut.
“Syarat apa?” Tanya Kibum. “Lepaskan teman-temanku. Jangan sakiti mereka.” Arthur tampak berpikir. “Hmm, baiklah. Aku terima tawaranmu.”

“Andwae! Jihye-ya! Jangan percaya omongan mereka! Mereka licik!” teriak Kyuhyun memperingatkan Jihye, berusaha menggapainya. Jongwoon juga ingin melakukan hal yang sama, namun apa daya. Kini dia tengah berada dalam keadaan setengah sadar. Walaupun Jihye tahu resikonya tinggi, ia hanya berusaha untuk melindungi teman-temannya. Orang yang berharga baginya.

****
Friday, 13th June 2008

Hari lepas hari, kehidupannya semakin dikekang. Walaupun sudah berjanji, tetap saja mereka mengingkarinya. Dan hingga sekarang, teman-temannya masih disiksa karena memilih tetap bungkam. Sedangkan Jihye sama sekali tidak mengetahui hal itu.

“Bagaimana keadaan teman-temanku?” tanyanya kepada salah seorang petugas yang berjaga didepan pintu. “Aku tidak tahu pastinya. Tapi setahuku mereka baik-baik saja dan akan segera dibebaskan.” Jihye menghela nafas panjang. Dia sudah muak mendengar jawaban yang sama setiap harinya. Segera dibebaskan? Memangnya mereka berada dalam kurungan penjara?

‘Ceklek’ seseorang memutar gagang pintu. Sosok orang baru-baru ini menjadi musuhnya datang bersama pria yang menjadi tangan kanan ayahnya kini.

“Jadi, apa kau sudah siap untuk pertukarannya?” Tanya Arthur licik. Jihye menatapnya tajam penuh amarah. Ia punya firasat buruk soal ini. Sementara Kibum, hanya menatap kedepan. Pandangannya kosong, seperti sedang memikirkan sesuatu. Arthur member kode untuk mengusung Jihye mengekori mereka.

“Biarkan aku berjalan sendiri. Aku tidak akan lari, tenang saja.” Ucapnya meyakinkan. Kemudian mengikuti mereka ketempat dimana teman-temannya dikurung selama ini. Jihye menutup mulut dengan telapak tangannya menyaksikan penderitaan yang dialami teman-temannya.

“Eonni, oppa! Chingudeul!” Jihye melangkah maju perlahan. “Aku memberikan waktu 1 jam untukmu mengucapkan salam perpisahan pada mereka. Gunakan waktu itu sebaik mungkin! Karena setelah ini, kau tidak akan pernah bertemu dengan mereka lagi, mengerti?” ucap Arthur yang langsung disambut dengan anggukan Jihye. “Gadis pintar..” BLAM! Pintu ditutup kencang. Jihye langsung memeluk mereka satu persatu.

“Maaf, karena aku kalian harus menderita seperti ini..” Jihye meneteskan bulir-bulir air mata. Tak kuasa menahannya, dia tak tega melihat orang-orang didepannya menjadi seperti ini.
“Gwaenchana. Karena kami sudah menganggapmu sebagai bagian dari keluarga kami. Karena itu, sesama anggota keluarga harus saling melindungi, kan?” ucap Taeyeon rintih, menahan sakit setelah dicambuk berpuluh-puluh kali.
“Mianhae.. Jeongmal mianhae..” Jihye merasa sangat bersalah atas kejadian yang menimpa teman-temannya kini.

“Jangan terus mengatakan maaf, itu hanya akan membuat kami merasa sakit..” ucap Jongwoon, memeluknya. “Berjanjilah, sampai kapanpun kita akan menjadi sebuah tim.” Ucap Kyuhyun yang diikuti anggukkan dari yang lainnya. Ruangan tersebut menjadi saksi bisu atas persahabatan mereka. Apakah petualangan mereka akan berakhir ironi seperti ini?

‘Setelah satu jam berlalu, mungkin aku tidak dapat melihat mereka lagi. Aku.. Tidak ingin hal ini terjadi. Mereka sudah berkorban banyak bagiku, hanya ini yang dapat kulakukan untuk membalas semua kebaikan yang telah diberikan padaku..’

****
“Sekarang pun belum terlambat!” seseorang berbisik kepadanya. Bayangan seorang wanita yang samar-samar menghampirinya. Kali ini, gadis itu datang kepadanya dengan tersenyum. “Aku mengandalkanmu! Masa depan organisasi ada tanganmu..” ucapnya kemudian menghilang.

‘Bahkan disaat seperti ini pun, dia menyempatkan diri untuk menyemangatiku, walaupun rasanya akan sia-sia.. Aku ingin menyelamatkan mereka.’

SKIP TIME

Mereka membawa Jihye dan yang lainnya kembali ke Seoul menggunakan pesawat. Mereka menutupi luka Taeyeon, Jongwoon, Kyuhyun, Baekhyun, Miyoung, Luhan dan Jongin dengan pakaian tebal untuk menghindari massa.

Arthur memisahkan Jihye dengan teman-temannya. Sesuai janjinya beberapa hari yang lalu, ia akan melepaskan mereka. Tentunya setelah puas menyiksa mereka sebagai ganti tidak membunuh generasi terakhir yang tersisa dalam organisasi tersebut.

“Kau tentunya ingat tempat ini, kan?” ucap Arthur membawa Jihye masuk kesebuah ruangan yang cukup gelap. “Ini..”
“Ya, tempat pelatihanmu selama kau berada di organisasi. Sudah berapa lama yah?”

‘Aku ingin mengetahui kebenarannya. Walaupun aku harus mengorbankan sesuatu yang berharga bagiku. Jika aku harus mati disini, jika aku bisa menyelamatkan orang-orang yang berharga untukku, itu akan ku lakukan.’

“Jangan basa-basi lagi, segera tunjukkan dimana lencana itu?” ucap Arthur memaksa. “Tuan, kita sudah tidak punya banyak waktu.” Ucap salah seorang dari anak buah Arthur berbisik, namun Jihye dapat mendengarnya dengan jelas.
“Berapa lama waktu yang tersisa?”
“Sekitar 15 menit lagi, kita harus bergegas.” Kemudian Arthur menuju kearah Kibum yang berada sedikit jauh dengannya.

“Kim Kibum, sesuai dengan janjiku. Aku akan mengabulkan satu permintaanmu. Dan kau Jihye, sekarang tunjukkan dimana lencana itu!”
Jihye tampak berpikir, kemudian tersenyum. Sepertinya dia punya rencana.

“Bagaimana jika kita menyelesaikannya dengan sebuah teka-teki?” usul Jihye. “Mwo? Kau ingin mempermainkanku?” ucap Arthur geram. Sebenarnya, Arthur mungkin sudah akan membunuhnya jika Jihye bukanlah orang yang diharapkannya.
“Kalau kau tidak mau, maka selamanya kau tidak akan mendapatkan ‘kursi’mu!” ucap Jihye melawannya. Dengan terpaksa, Arthur mengiyakan permintaan terakhir gadis itu.

‘Jika kau mendekatinya, kau akan terluka.
Namun hanya dengan melihatnya saja, hatimu akan terasa sakit.
Ia yang menyimpan banyak kenangan didalamnya.
Kini, dirinya terlukiskan pada tubuh seorang gadis.
Terukir begitu indah, namun tak seorang pun menyadarinya
Walaupun berada ditempat yang terang sekalipun.’

Tanpa perlu pikir panjang, Kibum langsung mengetahui makna dari teka-teki tersebut, kemudian dia mendekat kearah Jihye dan memeluknya. Arthur menyernyitkan dahinya. Kibum memberikan kode untuk menyuruh mereka pergi dari tempat itu, karena waktu terus berjalan. Dengan ragu, Arthur akhirnya pergi dari tempat tersebut.

Kibum terus memeluknya hingga mereka semua menghilang, namun anehnya Jihye sama sekali tidak bereaksi. “Kenapa kau melakukan semua ini?” Tanya Jihye pelan. Masih dalam posisi yang sama.

“Kau tidak akan mengerti apa yang kurasakan. Kau tahu betapa pahitnya cinta yang bertepuk sebelah tangan selama 6 tahun, dan ditambah lagi dia juga adalah orang yang telah menghancurkan hidupku?” Kibum melepaskan pelukannya dan menatap Jihye intens.
“Menghancurkan hidupmu?” Kibum memalingkan pandangannya. Dia tahu bahwa Jihye masih tidak mengerti arah pembicaraannya. ‘Lebih baik kau mengakuinya sekarang, agar aku tidak usah mengotori tanganku lagi’

“Kau ingat saat kubilang orangtuaku meninggal saat aku masih kelas 3 SD?” Jihye mengangguk. Saat itu mereka meninggal bukan karena kecelakaan, tetapi karena dibunuh.” Jihye terkejut mendengarkan perkataannya, kemudian Kibum kembali menatapnya, namun dengan tatapan yang lebih tajam. “Dan mereka terbunuh karena orangtuamu!!” ucap Kibum menodongkan sebuah pisau kearah Jihye.

“Orangtuaku? Memangnya atas dasar apa kau mengatakan orangtuaku pelakunya?”
“Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, ayahmu yang membunuh orangtuaku! Dia menggunakan seragam ‘Rose-Hip’ bersama dengan yang lainnya untuk melakukan pembersihan ‘mawar putih’!” gertak Kibum, sembari mendekatkan pisau tersebut kearah leher Jihye.

“Tunggu sebentar! Apa maksudmu?! Tidak mungkin itu adalah Ayahku!”
“Mwo? Bahkan disaat seperti ini kau masih bersikeras untuk mengatakan bahwa itu bukan dia?!”
“Ayahku.. Tidak pernah masuk dalam organisasi itu..”
“Mworago?”

“Orangtuaku tidak pernah terlibat sedikit pun dengan organisasi ‘Rose Hip’. Mereka hanya menyuruhku untuk mengikuti organisasi ini, karena itulah mereka membiarkan aku hidup sendirian di Seoul. Bahkan setelah bertahun-tahun, kami hanya berbicara lewat telepon saja! Bagaimana mungkin orangtuaku dapat membunuh Ayahmu? Sedangkan saat aku kelas 3 SD saja, aku belum mengenal organisasi ini! Bagaimana caranya Ayahku dapat berada disana?” Jelas Jihye.
“Mworago? Jadi maksudmu…”
“Mungkinkah, dia adalah orang yang menyamar dengan menggunakan pakaian yang bernamakan ayahku?” gumam Jihye. “Kibum-ssi, apakah kau mengingat siapa yang telah membunuh ayahmu?”

“Lee Hyun Min” ucapnya mantap. Jihye membelalakkan matanya. “Lee Hyun Min bukanlah nama dari ayahku. Itu adalah nama Korea dari Arthur.. Ayahku yang membuatkannya, sebelum Arthur pergi ke Korea dulu..” Kibum yang mendengar hal itu hanya bisa terdiam dan menundukkan kepala, hatinya terguncang.

“Mianhaeyo, appa.. Aku memang anak yang tidak berbakti..” ucap Kibum lirih, Jihye mendekatinya perlahan, kemudian memeluknya.
“Maafkan aku, Jihye-ya.. Aku telah berprasangka buruk padamu selama ini. Menyimpan dendam yang sia-sia, dan malah menuruti apa yang diperintahkan oleh orang yang telah membunuh Ayahku.” Jihye mencoba menenangkannya untuk beberapa saat, kemudian Kibum mengingat sesuatu hal yang penting dan menyuruh Jihye untuk segera pergi.

“Jihye-ya. Aku punya sebuah permintaan padamu.” Ucap Kibum sambil berusaha membawa Jihye keluar.
“Permintaan apa?” tanyanya bingung. “Jaga dirimu baik-baik. Kita akan bertemu lagi, suatu saat nanti..” ucap Kibum mendorong Jihye keluar.
“Apa maksudmu? Bukankah sebaiknya kau ikut denganku? Mari kita buka lembaran baru bersama-sama..” ucapan Jihye membuat Kibum tersentak, kemudian tersenyum.

“Aku sudah tidak pantas berada disisi kalian lagi, oleh karena itu biarkan aku pergi..” ucap Kibum.
“Kenapa kau berpikiran seperti itu? Lagipula kau bukan orang jahat! Kita bisa menganggap semuanya tidak pernah terjadi. Aku yakin semua pasti akan memakluminya!” ucap Jihye sambil tersenyum. “Walaupun kau berkata begitu..”

“Mengapa kita tidak mencobanya saja? Aku yakin, jika kau menghabiskan waktumu dengan hal-hal yang positif seiring berjalannya waktu, kenangan buruk itu akan terkikis..” ucap Jihye seraya mengembangkan senyumannya. “Aku berharap suatu saat bisa tersenyum sepertimu..”
****

‘Terdengar suara mobil polisi menuju ketempat tersebut’

“Suara apa itu?” Tanya Arthur menyuruh anak buahnya untuk memeriksa keadaan sekitar.
“Gawat! Polisi berada disini!”
“Segera bergerak dan pergi dari tempat ini!” ucap Arthur, namun terlambat. Mereka sudah terkepung polisi sebelum berhasil kabur. Kyuhyun, Jongwoon, Taeyeon dan yang lainnya juga berada ditempat itu.

“Kenapa kalian bisa..?” “Ahjussi, apakah Anda lupa bahwa dua orang dari kami adalah polisi?” Kyuhyun tersenyum menyeringai. Namun dia belum puas, karena masih ada hal yang harus dilakukannya.

BOOOM!! *terdengar suara ledakan dari arah gedung pelatihan. “Jihye-ya!” teriak Kyuhyun yang segera pergi diikuti oleh Taeyeon dan Jongwoon. Sementara Arthur dan anak buahnya akan diurus oleh Jongin dan Luhan yang membawa aparat hukum bersamanya.

Kyuhyun celingukan mencari-cari kemana perginya gadis tersebut. Dia sama sekali tidak menemukan petunjuk keberadaan gadis tersebut. Tidak ada tanda-tanda bahwa dia berada disekitar situ, ataupun dia tengah berada didalam gedung yang terbakar. Kyuhyun berteriak memanggil namanya, namun tidak ada jawaban.

“Jihye-ya.. Demi kami kau..” Taeyeon menahan isak tangisnya. “Jihye-ah! Kenapa kau tidak menjawabku?! Jawab aku Lee Jihye!!!” Kyuhyun berteriak lebih keras. “Gadis bodoh! Ini kah yang kau maksudkan permintaan terakhirmu?” Ucap Jongwoon yang mencoba menenangkan Taeyeon.

“Aku punya sebuah permintaan.”
“Apa itu?”
“Aku ingin kalian menangkap Arthur dan menghapuskan organisasi kita..”
“Bagaimana caranya?”

“Ikuti instruksi ini saat kita sudah sampai di Seoul nanti. Setelah sampai disana, segeralah menghubungi kantor polisi untuk pergi ke gedung pelatihan. Siapkan pasukan untuk mengepung Arthur dan anak buahnya. Ambil kesempatan saat mereka lengah. Kemudian tangkap mereka. Dan setelah kasus ini selesai.. Kalian semua hiduplah dengan tenang, tanpa perlu memikirkan tentang kesedihan didunia.
Hiduplah dengan bahagia, tanpa perlu mengkhawatirkan tentang hal-hal seperti ini..”

****
Monday, 23rd June 2008

“Ledakan bom yang dari sebuah gedung tua yang diduga adalah gedung bekas pelatihan sebuah organisasi agen rahasia kepolisian ‘Rose Hip’, telah menewaskan puluhan orang yang berada ditempat kejadian.”

“Hei, lihat. Itu ada kita!” celetuk Jongin semangat melihat aksi mereka dalam TV. “Sssst! Diamlah! Aku tidak bisa mendengarnya jika ka uterus berisik seperti itu!” ucap Miyoung kesal.

“Namun, hingga kini tim SAR masih belum bisa menemukan mayat dari kedua mantan anggota organisasi tersebut. Menurut Kim Jongwoon selaku perwakilan dari organisasi tersebut mengatakan bahwa mereka akan segera menutup organisasi tersebut. Berikut ulasannya : “Ya, kami akan membubarkan organisasi tersebut secara resmi. Walaupun ‘Rose Hip’ sudah sejak lama tidak beroperasi, namun kami sebagai anggotanya masih menjadi bagian darinya. Oleh karena itu, mulai hari ini kami akan membubarkan secara resmi organisasi tersebut. Dan untuk generasi terakhir ‘Rose Hip-White Rose’ yang berada dimanapun,kuharap kalian dapat menjalani hidup sebagai orang biasa, hiduplah dengan bahagia, tanpa perlu mengkhawatirkan hal-hal buruk tentang ‘Rose Hip’..” Sekian berita terhangat pagi ini, Kim Yura melaporkan!”

“Apakah luka kalian sudah mulai membaik?” Tanya Taeyeon yang menghampiri Miyoung, Jongin, Luhan, dan Kyuhyun yang sedang sibuk dengan televisi.
“Syukurlah, hyung melakukannya dengan baik!” ucap Luhan lega. Pasalnya sempat terjadi perdebatan tentang hal tersebut. “Lebih baik kalian makan dulu! Kami sudah membeli sarapan untuk kalian  semua!” ucap Baekhyun yang segera mengeluarkan beberapa kotak nasi dari dalam kantung plastik. Luhan, Jongin dan Miyoung segera menyambar keruang makan, sementara Kyuhyun masih terpaku didepan TV.

“Bukankah liputan tentang ledakan itu sudah selesai? Apa kau tidak ingin sarapan dulu?” Tanya Taeyeon yang prihatin dengan Kyuhyun, karena semenjak kejadian tempo hari, Kyuhyun menjadi sosok yang berbeda. “Aku mengerti kesedihan yang kau rasakan. Kami semua juga merasa terpukul atas apa yang telah menimpa Kibum dan Jihye.” Ucap Taeyeon mencoba membantu Kyuhyun memikul beban yang ada padanya kini.

“Kenapa gadis itu begitu tega meninggalkan kita? Hanya untuk seorang pria yang bahkan mencoba membunuhnya?”
“Kau ingat bukan apa yang dikatakannya pada kita?!” Taeyeon meledak. Ia meluapkan emosi dan kesedihannya melalui air mata.

“Hiduplah dengan tenang, tanpa perlu memikirkan tentang kesedihan didunia.Hiduplah dengan bahagia, tanpa perlu mengkhawatirkan tentang hal-hal seperti ini..” Taeyeon mengucapkan kalimat yang sama yang pernah dilontarkan oleh Jihye saat itu. Semua yang mendengarnya menghentikan aktivitasnya. “Nafsu makanku sudah hilang. Aku kenyang.” Ucap Jongin yang baru saja melahap beberapa sendok makanannya.

“Tidakkah kau berpikir mengapa dia mengatakan hal seperti itu? Bahkan jika dia hanya ingin menghibur kita.. Aku juga sedang berusaha untuk melupakan kenangan buruk tentang hari itu. Tidakkah kau melakukan hal yang sama?” ucap Taeyeon, Kyuhyun hanya bisa mematung. Pada saat yang sama Jongwoon muncul dihadapan mereka.

“Jika kau tidak dapat melupakan kenangan pahit tentang mereka, mengapa kau tidak menghidupkan kenangan manis yang mereka berikan padamu?” Jongwoon angkat bicara. “Ya, kau benar. Tidak mungkin dapat melupakan seseorang dalam waktu yang singkat. Tapi tidak ada salahnya jika kita mencobanya kan?” Hari itu, diakhiri dengan isak tangis kepada orang-orang yang sangat mereka rindukan, seseorang yang berharga dalam hidup.

Walaupun kita sudah tidak dapat bertemu dengan mereka dikemudian hari, bukankah kita dapat menyimpan kenangan manis saat bersama mereka? Ingatlah satu hal ini, kenangan atas seseorang akan selalu hidup walaupun kau tidak bersama raganya lagi.

Friday, 13th June 2014

“Peringatan kematian mereka yang ke-6, kali ini sepertinya sedikit sepi yah..” ucap Kyuhyun yang tengah berdiri didepan batu nisan yang berukirkan
‘R.I.P Lee Ji Hye 4th June 1991-13th June 2008’
“Ya, kau benar.. Sepertinya hanya kita yang bisa datang. Yang lainnya sedang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.” Ucap Jongwoon yang kemudian meletakkan seikat bunga tepat didepan batu nisan tersebut.

“Mi Young tidak bisa datang karena jadwal yang padat. Dia pasti sedang berpose didepan kamera untuk pemotretan cover majalah terbaru. Baekhyun sekarang sedang mengurusi pasiennya di rumah sakit sekarang. Luhan dan Jongin, kini mereka sedang ada tugas dinas ke luar kota.” Ucap Taeyeon.
“Kim Taeyeon, kau bahkan masih berbicara layaknya kita sedang memecahkan sebuah misteri saja!” gurau Jongwoon. Dan itu mengundang tawa dari mereka bertiga.

“Sepertinya, aku jadi rindu masa-masa saat kita masih SMA dulu. Ya, disaat kita memecahkan misteri bersama-sama..” ucap Taeyeon menghela nafas.
“Ya, waktu berjalan begitu cepat yah.. Oh ya, Kyuhyun-ssi memangnya kau tidak ada kelas hari ini?” Tanya Jongwoon, mengingat Kyuhyun telah menjadi mahasiswa di sebuah universitas terkenal. “Hmm, aniya. Sebentar lagi juga aku akan sarjana, dan aku sudah menyelesaikan skripsiku. Hanya tinggal memperbaikinya sedikit lagi.”

“Aku juga mengambil cuti hari ini, yah terkadang menjadi seorang guru itu melelahkan.” Ucap Taeyeon. “Bagaimana denganmu, Jongwoon-ssi?” sambungnya.
“Seperti yang kalian tahu, aku telah diangkat sebagai Asisten Kepala Kepolisian Seoul. Karena atasanku tahu hari ini peringatan kematian kedua teman kita, dia mengizinkanku untuk libur hari ini.” Jelas Jongwoon. “Kajja, kita pulang. Ini sudah mulai larut.” Sambungnya. Kemudian mereka segera bergegas untuk pulang.

Didekat tempat mereka memarkirkan mobil, muncul seorang perempuan yang menggunakan kemeja putih dengan celana levi’s panjang beserta topi hitam berjalan menuju ketempat yang mereka datangi barusan. Kemudian disusul oleh seorang laki-laki yang berpakaian t-shirt warna putih dengan celana hitam panjang, dan juga topi hitam.

Kyuhyun melihat mereka dengan perasaan aneh. Perasaan seperti pernah bertemu mereka sebelumnya. Oh! Mereka terlihat seperti Kibum dan Jihye! Namun, mungkin itu hanya perasaannya saja, yah. Perasaan rindu pada seseorang..
“Oh ya, bukankah mayat Jihye dan Kibum belum ditemukan?” Tanya Taeyeon pada Jongwoon yang sedang memasang sabuk pengaman.

“Ya, walaupun kasus ini berakhir dengan akhir yang kurang memuaskan. Pasalnya, mereka menduga bahwa mayat mereka berdua telah hangus terbakar pada saat ledakan. Ya, dan sepertinya itu masuk akal..” ucap Jongwoon santai.
“Tapi… Bagaimana jika mereka sebenarnya tidak berada disana?” Celetuk Kyuhyun yang membuat mereka menoleh kearahnya.

****

“Tidakkah kau merasa ini lucu?” Seorang gadis sedang berdiri didepan sebuah porselin berbentuk tugu yang bertuliskan namanya disana.
“Kenapa?” Tanya seorang pria yang berada disampingnya.
“Hei, ayolah.. Kim Kibum! Kau kira setelah enam tahun berturut-turut kita bertingkah seolah tidak ada yang terjadi, memangnya hal seperti ini menyenangkan apa?” ucap gadis itu kesal.
“Tenang saja, suatu hari nanti kita akan kembali ke sisi mereka lagi. Yang penting, sekarang misteri Friday The 13th itu sudah selesai bukan?” ucap pria itu tersenyum manis.


THE END

Yeah! Akhirnya selesai juga chapter terakhirnya~ Wkwkwk 
Maaf menunggu lama FF ini selesai. Jangan lupa kritik sarannya yah! Jangan jadi pembaca gelap ^o^

Kalau dibuat sequelnya, kira-kira ada  yang setuju gak yah? Ditunggu komentarnya! 

Sabtu, 13 September 2014

Friday The 13th (Chapter Twelve)

Author : Kezia Lee

Main Cast :
Lee Ji Hye (OC)
Cho Kyuhyun
Kim Ki Bum
Kim Jong Woon
Kim Tae Yeon
Xi Luhan
Kim Jong In
Byun Baek Hyun
Hwang Mi Young
Jung Soo Yeon
Choi Min Ho

Genre :
Horror
Mystery

Length : Chapter 

Note : Sorry, kalau ada Cast yang belum muncul. Di chapter selanjutnya baru akan dimunculkan. Warning! Typo, alur gaje, cerita yang membosankan. Gak seram dan sebagainya. Mohon bantuannya, karena ini adalah FF Horror Mystery pertama saya ._.v

‘Pilihannya hanya ada dua. Balas dendam atau melindungi?’

Previous Chapter

“Menurutmu kita tidak akan dibuntuti oleh orang suruhannya?” Tanya Miyoung curiga.
“Entahlah. Kita tidak akan tahu apa yang sedang mereka rencanakan sekarang. Tapi kita harus mulai berhati-hati sekarang. Bisa saja seseorang yang tidak kita duga sedang mengawasi kita.” Ucap Jongwoon yang membuat mereka bergidik.

Ya, ucapannya memang terdengar sedikit menyeramkan. Tapi, dugaan seperti itu bisa saja terjadi…

Sesampainya dibandara, mereka menunggu diruang tunggu dengan kesibukan mereka masing-masing. Berusaha untuk tidak kelihatan mencurigakan.

Penerbangan mereka ke Pulau Jeju berjalan lancar. Tidak ada gangguan sama sekali dari saat mereka di Incheon Airport hingga berada di Jeju.
“Sepertinya memang tidak ada yang mengikuti kita sejauh ini.” Ucap Kyuhyun lega.
“Ya, setidaknya kita mencari tempat penginapan dulu. Kita tidak tahu berapa lama  kita dapat menemukan Jihye.” Saran Jongwoon. Semuanya hanya mengiyakan sarannya.

****
Matanya samar-samar memandang matahari yang terpancar dari arah lobang kecil diatas atap. Kepalanya begitu pusing, dari atas kepalanya terdapat cairan merah kental yang telah membeku. Mungkin juga dikarenakan suhu yang dingin tersebut. Entah kenapa gadis itu cukup kuat untuk menahan dinginnya tempat tersebut, disaat ia hanya menggunakan baju musim panas.

“Hmm? Sebuah mantel?” gumamnya saat menemukan sebuah mantel hangat terpasang rapi pada tubuhnya. Gadis itu tersenyum. Walaupun jahat Arthur tetaplah seorang Arthur. Dia tidak akan tega membiarkan seorang gadis mati kedinginan.
“Jangan senang dulu gadis kecilku~ Aku tidak membiarkanmu mati begitu saja. Karena aku yang akan membunuhmu dengan tanganku sendiri.” Ucapnya, tetapi tetap tidak mengubah ekspresi ceria seorang Jihye.

Arthur kebingungan dan bertanya “Mengapa kau berekspresi seperti itu? Aku akan membunuhmu dan kau malah tersenyum?” ucapnya keheranan. “Karena aku yakin, kau tidak akan membunuhku.” Ucapnya tanpa memudarkan sedikit pun senyuman manisnya. PLAK! Satu lagi jejak tangan besar pria tersebut berbekas pada wajah mulusnya.
“Berani sekali kau menantangku seperti itu! Kau benar-benar sudah bosan hidup ya?” ucapnya menyernyitkan dahi. Jihye tersenyum miris.

“Aku mati atau hidup pun, kau tidak akan bisa menodongkan pedangmu padaku kan?” ucapnya, membuat Arthur terdiam. Ya, karena Jihye masih memegang lencana yang dapat menentukan penerus organisasi. Namun, walaupun Arthur sudah berkali-kali mengungkit soal lencana itu, Jihye tidak menyadari bahwa simbol organisasi tersebut ada padanya. Arthur melirik kearah jam tangannya, kemudian tersenyum licik.

“Sebentar lagi, akan ada kejutan besar untukmu. Waktunya untuk memulai permainan yang sebenarnya..” gumam Arthur sambil memandang Jihye dengan sinis.

****
“Penerbangan yang melelahkan! Untungnya sekarang kita sudah berada ditempat ini!” gerutu Baekhyun yang satu kamar dengan Kyuhyun, Kibum, dan Jongwoon.
“Kita tidak punya banyak waktu untuk beristirahat. Kita harus segera mencarinya.” Ucap Kyuhyun yang hanya meletakkan barang-barangnya.
“Apakah kita tidak bisa beristirahat sebentar saja? Lagipula kita sudah disini. Kita sudah aman!” ucapnya lagi.
“Tidak. Justru jika kita tetap berada ditempat ini, mereka akan lebih mudah menemukan kita.” Ucap Jongwoon yang sependapat dengan Kyuhyun.

“Ya! Kim Kibum!” Baekhyun menegur Kibum yang sedari tadi hanya melamun dan tidak merespon pembicaraan mereka.
“Hmm?” ucapnya merespon. Tapi itu bukanlah sebuah respon yang diinginkan mereka. Dia seperti tidak tertarik sama sekali dengan pembicaraan itu.
“Kau tidak mendengarkan dari tadi ya?” ucap Jongwoon sedikit kecewa. “Maaf. Aku hanya sedang berpikir. Bisa kalian lanjutkan inti cerita tadi?”

“Kalau kau sedang berpikir bagaimana keadaan Jihye sekarang, aku yakin dia akan baik-baik saja. Kau tahu, dia adalah gadis yang tangguh bahkan ketika aku pertama bertemu dengannya.” Ucap Taeyeon meyakinkan Kibum. Dia hanya mengangguk pelan tanda mengerti.
‘Kriing~’ Ponsel seorang dari mereka bordering. Itu milik Jongwoon. “Oh, ini dari Jongin. Aku rasa dia sudah di Jeju-do sekarang.” Ucapnya, kemudian menjawab panggilan tersebut.

“Chakkaman. Bagaimana dengan mayat Choi Minho? Bukankah kita  langsung pergi ketika dia tewas seketika di atap gedung sekolah.” Ucap Miyoung yang merasa kasian pada Minho. “Tenang saja, kemarin aku sudah meminta temanku dari kepolisian untuk mengotopsi mereka.” Kata-kata Baekhyun membuat mereka sedikit lega.
“Syukurlah.”

“Baiklah teman-teman. Kita sudah tidak punya banyak waktu. Ayo, kita segera menjemput Luhan dan Jongin dibandara!” celetuk Jongwoon. Kemudian mereka segera bergegas.
SKIP TIME

Sesampainya disana, mereka mencari-cari sosok yang ditunggunya. Flight Status Board sudah menunjukkan bahwa pesawat dari Incheon sudah tiba di Jeju-do.
“Apa kita menunggu di gate yang salah?” gumam Miyoung yang juga mencari keberadaan mereka yang sedari tadi tidak kelihatan.
“Oh, lihat! Dari sana orang-orang sudah berkerumun keluar.” Seru Baekhyun yang menunjuk ka arah pintu yang berada didepan mereka.

Mereka menunggu bahkan hingga barisan terakhir. Hingga pintu tersebut ditutup oleh petugas yang berada disana. “Ini aneh.. Apakah mereka sudah keluar bersama kerumunan tersebut selagi kita tidak memperhatikan?” ucap Jongwoon mengelus dagunya pelan.
“Maaf, aku ingin pergi ke toilet sebentar.” Ucap Kibum permisi. Waktu berjalan begitu saja, mereka tetap memutuskan untuk menunggu sebentar lagi. Mungkin saja mereka sedang mengambil barang yang ketinggalan. Pikir mereka positif.

Suasana bandara seketika berubah. Ya, terasa keheningan perlahan mulai menguasai tempat tersebut. ‘Srekh.. Hei apa yang ka---‘ itu seperti suara seorang informan. Sepertinya sedang terjadi sesuatu.
“Ada yang tidak beres.” Gumam Kyuhyun yang melangkahkan kakinya. Dan dengan sigap seorang pria menodongkan pistol kelehernya. Hal tersebut juga terjadi pada rekannya.

“Hyaaa! Lepaskan aku!” teriak Miyoung yang berusaha melepaskan diri. “Kalau kau tidak bisa diam, maka peluru ini akan menembus kepalamu!” ancam orang tersebut. Miyoung akhirnya memilih untuk diam. Orang-orang yang ada disana histeris. Mulai dari anak kecil, remaja, dewasa maupun lansia.

Halo! Selamat datang di Pulau Jeju! Maaf atas penyambutan yang kurang memuaskan ini yah!” Seseorang tengah berbicara lewat ruang informasi yang dipasang CCTV juga. “Cih, dia bilang kurang memuaskan?” gumam Taeyeon kesal.
“Kenapa kau melakukan hal seperti ini? Kau berurusan dengan kami, jadi jangan ganggu orang-orang yang ada dibandara ini!” teriak Kyuhyun.
“Hmm, sepertinya anak ini cukup menarik.” Ucap pria tersebut tersenyum licik. “Bukankah tujuan kalian ke sini untuk menyelamatkan teman kalian? Ah, aku hampir lupa! Bahkan aku sudah menemukan kedua teman kalian yang cukup bodoh untuk dibohongi.

“Sialan kau!” ucap Kyuhyun yang mulai meluapkan emosinya. Pria tersebut hanya tertawa. Sungguh manusia yang tidak punya perasaan.
Ditengah suasana yang cukup menarik baginya, seseorang menghampiri pria tersebut. “Tuan, semuanya sudah siap.” Ucapnya melapor. “Bagus, dalam hitungan 60 detik segera nyalakan.”
Sepertinya permainan kita untuk hari ini berakhir disini. Sampai jumpa lagi!” ucap pria tersebut, kemudian semuanya kembali normal. Semua orang sudah mulai lega. Namun, entah hanya karena perasaannya saja, Baekhyun merasa ada sesuatu yang tidak beres.

“Teman-teman, sepertinya kita harus segera meninggalkan tempat ini..” ucapnya curiga. Bahkan orang yang tadi menodongkan pistol pada mereka juga sudah menghilang.
“Memangnya ada apa?” Tanya Taeyeon bingung. “Kalian mendengar sesuatu?” Tanya Jongwoon. Baekhyun menyakini bahwa apa yang dikatakannya memang benar.
“Cepat pergi dari tempat ini! Sebentar lagi bandara ini akan meledak!” ucap Baekhyun berteriak sehingga orang-orang yang ada berbondong-bondong keluar dari bandara.

‘BOOOOM!!’ sebuah ledakan besar terjadi. Sialnya, mereka saat itu masih berada didekatnya. Singkat cerita, mereka juga terkena efek dari ledakan tersebut.

****
Ditengah kecelakaan yang menimpa teman-temannya. Gadis ini tertidur pulas atau lebih tepatnya terbaring lemah tak berdaya ditempat yang dingin itu. Memasuki alam lain dari dunianya. Bunga tidur seperti apa yang akan menghiasi siang hari yang terasa dingin ditempat seperti ini.

‘Taman yang indah. Aku seperti pernah berada ditempat ini sebelumnya. Tempat ini adalah..
“Jihye-ya..” seseorang memanggil namaku, aku menoleh. Ah, mungkin aku salah. Ada seorang gadis kecil yang namanya sama seperti namaku.
“Ada yang ingin aku berikan padamu.” Ucap anak laki-laki yang berada disampingnya, sambil mengeluarkan sebuah gantungan yang unik.
“Kyeopta..” komentarnya saat melihat gantungan itu. “Apa benar ini untukku?” Anak laki-laki tersebut mengangguk pasti.
“Terima kasih..” ucapnya dengan senyuman mengembang dipipinya. “Kalau begini, kita jadi serasi.” Ucap anak laki-laki itu polos sambil menunjukkan sebuah gantungan yang sama persis dengan yang dimiliki gadis kecil bernama Jihye tersebut.

Ah, entah kenapa anak laki-laki itu mengingatkanku pada seseorang. “Jihye-ya. Asal kau tahu saja, gantungan kunci ini sangat keren. Kau lihat benda kecil yang seperti bola didalamnya?” Gadis itu mengangguk. “Jika terkena sinar matahari, benda tersebut akan mengisi kekuatannya. Dan jika kau menaruhnya ditempat yang gelap kau akan bisa melihatnya bersinar terang.” Jelasnya membuat gadis itu semakin terpesona dengan benda tersebut.

“Ini benda yang mengagumkan!” ucapnya. “Kalau begitu, aku pulang dulu. Ini sudah larut. Ibuku akan memarahiku jika aku tidak segera pulang.”
“Tunggu dulu, kalau kau pergi aku akan merasa kesepian..” gadis itu nampaknya sedih karena akan ditinggal oleh anak tersebut. Dia tersenyum manis. “Gunakanlah tuntunan cahaya itu untuk dapat menemukanku. Disaat kau kesepian, kau dapat mencariku dengan cahaya yang bersinar didalam kegelapan itu!”
“Oh ya, maaf siapa tadi namamu?”
“Namaku, Kim Kibum..” hal itu membuatku sedikit shock. Jadi gadis tersebut adalah..
“Jihye-ya.. Jihye..” Semuanya menggelap, aku tidak bisa..’

“Jihye-ssi? Gwaenchanaseyo?” ucap seseorang yang perlahan mulai membangunkan Jihye dari tidurnya. Sosok seseorang yang selama ini dirindukannya. “Kibum!” ucapnya sambil memeluk erat pria yang berada didepannya ini.
“Kau kemana saja! Aku menunggumu lama sekali!” ucapnya sambil berusaha menahan tangis.

“Maaf, Jihye-ah.. Aku membuatmu menunggu terlalu lama..” Kibum berusaha menenangkan gadis  didepannya ini.
“Aku.. Sudah mengingatnya. Orang yang selama ini membantuku, adalah dirimu..” Kibum mengelus kepala Jihye pelan, sambil tersenyum miris. ‘Ceklek.’ Raut wajah Jihye berubah. Sebuah pistol kini menempel disamping kepalanya. Siap menembus kepalanya. Kibum melepas pelukannya, atau lebih tepatnya melepaskan diri dari pelukan Jihye. Wajahnya begitu dingin, dengan killer smilenya.
“Kali ini, benar-benar minta maaf..”

To Be Continue~

Kali ini lebih panjang karena sudah hampir selesai~ Heheh, maaf menunggu lama. Ini pun dikerjakan ngebut lho ^0^ Tolong berikan kritik sarannya ya~ 
Terima kasih sudah mau jadi pembaca setia/? :D Sekian terima Henry~
Oh ya, untuk Last Chapternya bakal diupload sore ini~