Author : Kezia Lee
Main Cast :
Lee Ji Hye (OC)
Cho Kyuhyun
Kim Ki Bum
Kim Jong Woon
Kim Tae Yeon
Xi Luhan
Kim Jong In
Byun Baek Hyun
Hwang Mi Young
Jung Soo Yeon
Choi Min Ho
Genre :
Horror
Mystery
Length : Chapter
Note : Sorry, kalau ada Cast yang belum muncul. Di chapter selanjutnya baru akan dimunculkan. Warning! Typo, alur gaje, cerita yang membosankan. Gak seram dan sebagainya. Mohon bantuannya, karena ini adalah FF Horror Mystery pertama saya ._.v
Previous Chapter
‘Jika saat itu kau bisa lebih jujur padaku,
mungkin hal seperti ini tidak akan pernah terjadi…’
“Maaf, Jihye-ah.. Aku membuatmu menunggu terlalu lama..”
Kibum berusaha menenangkan gadis
didepannya ini.
“Aku.. Sudah mengingatnya. Orang yang selama ini
membantuku, adalah dirimu..” Kibum mengelus kepala Jihye pelan, sambil
tersenyum miris. ‘Ceklek.’ Raut wajah Jihye berubah. Sebuah pistol kini
menempel disamping kepalanya. Siap menembus kepalanya. Kibum melepas
pelukannya, atau lebih tepatnya melepaskan diri dari pelukan Jihye. Wajahnya
begitu dingin, dengan killer smilenya.
“Kali ini, benar-benar minta maaf..”
Hatinya bergejolak. Pria yang selama ini yang
selalu berada disampingnya, orang yang selalu menolongnya memecahkan misteri.
Kini adalah orang yang akan membunuhnya?
“Kenapa kau melakukan ini?” Tanya Jihye yang
tak percaya dengan apa yang dilihatnya kini. “Katakan padaku kau melakukan ini
hanya untuk mengecoh musuh.” Sambungnya. Kibum menggeleng, kemudian tersenyum
licik. “Terima kasih karena telah mempercayaiku.” Ucapnya bersiap untuk menekan
bidik pistol dan menembaknya.
“Sepertinya kau sudah tidak sabaran untuk
membunuhnya, ya? Kim Kibum?” ucap Arthur yang entah kenapa bisa berada disana,
bertepuk tangan sembari menyaksikan adegan itu.
“Kau datang disaat yang tepat. Aku baru saja
akan meluncurkan peluru ini.”
“Woo, jangan terburu-buru, Kibum. Akan lebih
baik jika kita menyiksanya secara perlahan dan kemudian membiarkannya mati
bersama teman-temannya.” Saran Arthur yang langsung disetujui oleh Kibum.
“Kau benar juga. Lebih baik kita lenyapkan
mereka semua sekaligus, agar tidak ada penganggu yang dapat menghalangi kita.”
Ucapnya. “Apa kau benar-benar akan menuruti penjahat seperti dia?! Bahkan
setelah kepercayaan yang diberikan padamu? Kau keterlaluan Kim Kibum!” Jihye
menggertaknya, namun Kibum hanya tertawa melihat kelakuan gadis didepannya.
“Kepercayaan katamu? Cih! Kau bahkan tidak
lain adalah sampah bagiku!” ucapan begitu pedas dilontarkan dari mulut seorang
Kim Kibum. “Lalu kenapa selama ini kau membantuku? Memberikan semua petunjuk
untuk menemukan jawaban dari misteri ini?” Tanya Jihye, pertanyaan seperti itu
membuat Arthur sedikit terkejut, namun rasa curiganya mulai hilang ketika Kibum
angkat bicara. “Semua itu kulakukan untuk memenuhi rasa terima kasihku pada
Tuan Arthur yang selama ini telah membantuku untuk membalaskan dendamku.”
“Balas dendam? Memangnya apa salahku padamu?”
Tanya Jihye tak mengerti dengan apa yang dibicarakan olehnya.
“Kau tidak tahu apa salahmu? Salahmu
adalah..” belum sempat Kibum menyelesaikan kalimatnya, terdengar deringan
ponsel seseorang. Dapat dipastikan itu adalah milik Kibum
“Tuan,
kami sudah menangkap teman-teman gadis ini..” ucapnya begitu jelas, membuat
Jihye membelalakkan matanya. “Baiklah, segera bawa mereka masuk.” Ucap Kibum,
kemudian memutuskan sambungan telepon.
“Apa maksudmu menangkap teman-temanku?”
ucapnya setengah berteriak.
“Kau diam saja, Lee Ji Hye!” ucap Kibum dengan
tatapan tajam. Orang-orang suruhan tersebut membawa satu per satu teman-teman
Jihye masuk keruangan itu.
“Chingudeul.. Naega mianhae..” rintihnya
melihat teman-temannya yang penuh luka diseret masuk. “Kalian menderita
karenaku. Taeyeon eonni, Jongwoon oppa, Kyuhyun-ssi dan yang lainnya.. Jeongmal
mianhae..” ucapnya menitikkan air mata, mencoba merangkak kearah orang yang
paling dekat dengannya, Kyuhyun.
“Kyuhyun-ssi..” ucapnya mencoba menyadarkan
Kyuhyun, sambil mengelap asap bekas ledakan yang menempel pada pipinya. Tak
lama, dirinya merespon. Kyuhyun membuka matanya dan kemudian langsung memeluk
Jihye.
“Kau tidak apa-apa, Jihye-ya? Kenapa kau
terlihat sangat pucat sekali?” Tanya Kyuhyun yang langsung direspon dengan
gelengan Jihye.
“Kau seharusnya memikirkan dirimu sendiri
dulu. Aku tidak apa-apa..” ucap Jihye meyakinkannya. Taeyeon, Jongwoon,
Baekhyun, dan yang lainnya juga menunjukkan tanda-tanda mereka masih bisa
bangkit.
“Cih, menyedihkan sekali! Aku seperti melihat
adegan dari sebuah film tragedi.” Ucap Arthur tertawa. Namun, tidak sama halnya
dengan Kibum. Dia tampaknya tidak senang dengan apa yang dilihatnya kini.
“Biarkan mereka disini. Beberapa hari lagi,
kita akan menyaksikan mereka mati bersama! Ayo, kita pergi dari sini!” perintah
Arthur kepada Kibum dan anak buahnya. Keluar dari ruangan itu, dan kemudian
mengunci tempat itu.
“Jihye-ya.. Apa kau baik-baik saja? Apakah
mereka melakukan sesuatu yang buruk terhadapmu?” Tanya Taeyeon cemas sesaat setelah sadar dari
pingsannya.
“Eonni, sebaiknya kau khawatirkan dirimu
sendiri. Justru aku ingin bertanya apa yang telah mereka lakukan sehingga
kalian bisa jadi seperti ini..” ucap Jihye yang membuat Taeyeon sedikit
terkejut.
“Eo-Eonni?”
“Ne, aku sudah mengingat semuanya. Kenangan
saat kita masih berada dalam organisasi. Eonni selalu membantuku dan
melindungiku. Maafkan, selama ini aku tidak sopan memanggilmu dengan namamu.”
Ucap Jihye dengan senyum tulus mengembang diwajahnya.
“Syukurlah kau sudah menemukan kembali
ingatanmu.” Sahut Jongwoon turut senang dengan kembalinya ingatan Jihye.
“Dan kini aku tahu, anggota ‘Rose Hip’ yang
berkhianat itu..” ucap Jihye, membuat Taeyeon, Jongwoon, Jongin dan Luhan
penasaran.
“Siapa dia?” Tanya Jongin kebingungan. Jihye
menghela nafas panjang.
“Mereka adalah anggota ‘Rose Hip-White Rose’
nomor 11, Kim Kibum dan juga ketua dari tim White Rose, Arthur Kirkland.”
“Kim Kibum?!” Miyoung tak percaya dengan apa
yang didengarnya. Orang yang selama ini selalu membantu memecahkan kasus dan
bahkan telah menjadi seorang Wakil Ketua Osis adalah musuh mereka.
“Kau serius dengan ucapanmu itu?” Tanya Luhan
tercengang.
“Ya, aku serius. Bukankah tadi kalian melihat
Kibum bersama Arthur disini? Mereka merencanakan ini semua untuk menghancurkan
generasi terakhir dari ‘Rose Hip’.” Ucap Jihye.
“Jadi maksudmu, Kibum juga adalah anggota
dari ‘Rose Hip’? Kau yakin?” Jihye mengangguk. “Tidak mungkin! Tapi selama
diorganisasi aku tidak pernah mendengar seseorang bernama Kim Kibum.” Ucap
Jongin yang membuat mereka mulai bingung.
“Aku mengingatnya dengan jelas. Seseorang
yang memberiku peninggalan yang sangat berharga. Adalah Kim Kibum..”
****
Saturday, 6th
June 2008
“Sampai sekarang pun, kau masih tidak tahu
dimana lencana itu berada?” Arthur berbicara dengan nada sedikit emosi.
“Maafkan aku, tapi Jihye tidak pernah
mengungkit tentang lencana itu sama sekali. Jadi aku tidak tahu dimana lencana
itu disimpan.” Ucap Kibum meminta maaf, Arthur menghela nafas.
“Baiklah. Aku memaafkanmu. Lagipula kau sudah
berkorban banyak dalam hal ini. Kita masih punya sisa waktu 7 hari untuk
menggeledah tempat tinggal mereka sebelum waktunya untuk menyaksikan mereka
mati.” Ucap Arthur melihat kalendernya disana.
“Sekarang, perintahkan anak buahmu untuk
segera pergi ke Seoul dan menggeledah tempat tinggal Jihye.” Perintah Arthur.
“Tidak perlu, biar aku saja yang pergi
kesana. Lagipula aku tahu kunci pengaman apartemen Jihye.” Balas Kibum, yang
kemudian bergegas untuk pergi.
‘Sebenarnya, untuk siapa aku berbuat hal
seperti ini? Ayah.. Apakah aku mengambil langkah yang benar?’
“Kim Kibum-ssi. Segera masuk, sebentar lagi
pesawatnya akan lepas landas.” Ucap salah seorang petugas yang telah selesai
mengecek identitasnya.
“Terima kasih.” Ucapnya, kemudian masuk
kedalam pesawat.
SKIP TIME
Setelah turun dari taksi, sebuah panggilan
masuk tertera pada layar ponselnya. Tanpa pikir panjang, ia langsung
menerimanya.
“Kau
sudah sampai disana?” Suara khas seseorang yang tanpa basa basi langsung
mengutarakan apa yang ingin disampaikannya.
“Ya, aku baru saja sampai disini.”
“Baguslah.
Segera temukan lencana itu dan bawa kemari kehadapanku.”
“Arraseo.” Sambungan telepon terputus. Kibum
mengambil langkah panjang menuju ke apartemen milik Jihye. Terdiam sejenak.
Seperti bergulir ke masa-masa saat dia mengantarkan Jihye kerumahnya untuk
pertama kalinya.
Kemudian menekan angka-angka yang merupakan
kode pengaman apartemennya. Ia sangat mengingatnya. 2108. Bukankah itu angka
yang familiar?
Dia menelusuri setiap sudut ruangan tersebut.
Ruang tamu yang biasa mereka gunakan untuk berdiskusi tentang teka-teki
pembunuhan, dapur yang biasa digunakan Jihye dan Taeyeon memasak makan malam
untuk mereka, disemua tempat terdapat kenangan yang tertinggal. Kibum tersenyum
simpul ketika mengingatnya. Namun, ini bukan saatnya untuk memikirkan hal-hal
seperti itu.
‘Jika itu bukan dirimu, aku tidak akan pernah
bertindak sejauh ini..’
Kibum memulai pencarian di kamar Jihye.
Setelah mencari berjam-jam, hasilnya tetap nihil. Benda itu tidak dapat
ditemukan dimanapun. Ada benarnya juga, jika Jihye memang tidak memiliki
lencana tersebut. Atau mungkin sama sekali tidak menyadarinya.
Ditengah-tengah kelelahannya mencari
sepanjang hari, Kibum melihat sebuah kotak berukuran sedang berwarna biru.
Karena penasaran, Kibum membuka kotak biru tersebut. Didalamnya terdapat
berbagai benda-benda kecil yang tampak sedikit usang.
“Sepertinya ini barang peninggalan.” Gumam
Kibum pelan. Tak sengaja, Kibum menjatuhkan selembar foto yang dibelakangnya
bertuliskan :
“Dengan Cho Kyuhyun tersayang, di Lake
Louise, Kanada.
Berharap bisa pergi kesana lagi
bersama-sama!”
‘Ada apa denganku? Bukankah dia adalah
musuhku? Kenapa aku harus merasa sedih karenanya?’
Ponselnya kembali berbunyi, dari penelpon
yang sama. Arthur Kirkland.
“Apakah
kau sudah menemukannya?”
“Belum. Aku sedang mencarinya. Namun sejauh
ini aku menelusuri tempat ini, tidak ada tanda-tanda dimana lencana itu
disimpan.”
“Kalau
begitu segera temukan, dan jangan kembali sebelum kau punya kabar baik untukku.”
Kibum hanya mengangguk, seolah orang tersebut
dapat melihat gerakannya.
“Aku harus segera menemukannya dan kembali.”
Gumam Kibum mengumpulkan semangat.
Baru saja ingin beranjak dari sana, Kibum
terpikirkan akan sesuatu. “Lencana itu tidak berarti selamanya hanya berbentuk
lencana saja bukan.. Katanya lencana itu ada pada Jihye, apakah mungkin kunci
keberhasilan kami adalah..” Kibum berlari keluar dari tempat itu dan
kemudian segera memesan tiket untuk
pergi ke Pulau Jeju. Namun sayangnya, tiket keberangkatan ke Pulau Jeju
tersebut dijadwalkan
****
Monday, 8th
June 2008
“Apakah kita akan berakhir disini? Aku masih
ingin menghabiskan masa mudaku diluar sana, tidak ditempat gelap dan dingin
seperti ini.” Tanya Miyoung mulai putus asa.
“Jangan patah semangat seperti itu! Kita
semua juga sedang memikirkan cara bagaimana bisa keluar dari tempat ini.” Ucap
Kyuhyun.
“Jihye, sebenarnya aku sedikit penasaran.
Mengapa mereka mengatakan bahwa lencana posisi tertinggi organisasi ada
padamu?” Tanya Jongwoon.
“Ya, itu cukup aneh karena kau memiliki
lencana posisi tersebut padahal kau yang paling muda di organisasi. Memangnya
pada saat pelatihan, ada seseorang yang memberimu sesuatu yang berupa lencana?”
Sambung Taeyeon.
Jihye tampak berpikir sejenak, kemudian
menggeleng. “Tidak ada. Hanya saja sepertinya pernah sekali, seseorang pernah
menawarkan untuk membuat sebuah ukiran pada punggungku.” Ucap Jihye polos.
“Ukiran? Ukiran maksudmu semacam tattoo
begitu?” ucap Taeyeon curiga. Jihye mengangguk pelan.
“Ukiran seperti apa yang dimaksudnya? Apa kau
mengenal orang tersebut?” Tanya Jongwoon. “Hmm, aku sendiri tidak tahu apa yang
diukirnya. Aku juga tidak ingat siapa orang tersebut. Hanya saja, ia mengatakan
untuk tidak memberitahukan kepada orang lain soal tattoo ini. Dan lagi, katanya
anggota lain juga mempunyai lambang yang sama pada tubuh mereka.”
“Kami tidak pernah diberikan himbauan untuk
menattoo bagian manapun tubuh kami.” Ucap Jongin yang dibenarkan oleh Luhan dan
Jongwoon.
“Jihye, biar aku periksa tattoo mu itu.” Ucap
Taeyeon yang kemudian menyuruh para pria untuk menghadap kearah yang
berlawanan.
Taeyeon memeriksa punggung Jihye perlahan
namun pasti. Hal yang ditakutkannya memang benar-benar terjadi. “Jihye-ya..
Lencana yang dimaksud.. Memang ada pada dirimu..” ucap Taeyeon yang terkejut
melihat tattoo mawar putih bercampur merah terukir pada punggungnya, dan itu
berada dekat leher sebelah kanannya.
Jihye tidak menyangka bahwa selama ini dia
memang memiliki lencana tersebut pada tubuhnya. Badannya melemas, tak bisa
dipercaya bahwa takdir memang menyiapkannya untuk ini.
“Jihye-ya. Kami akan melindungimu. Aku rasa
karena itulah slogan ini dibuat : ‘Mawar
putih yang akan berubah menjadi mawar merah, lindungi ‘mawar putih’ tersebut
dengan nyawamu.’” Ucap Jongin, Luhan, Taeyeon, dan Jongwoon secara
bersamaan.
“Dan karena itu juga, aku ingin menyelamatkan
kalian..” suara itu tidak berasal dari mereka, “Maka dari itu, kalian harus
patuh kepadaku, kalau ingin dia selamat!” sambungnya kemudian menarik Jihye
kedalam rangkulannya.
“Lepaskan aku!” rintih Jihye mencoba melepaskan diri dari pria didepannya ini. Namun, apa daya. Dia tak dapat menandingi kekuatan seorang laki-laki apalagi dengan tubuh lemah seperti ini.
“Lepaskan aku!” rintih Jihye mencoba melepaskan diri dari pria didepannya ini. Namun, apa daya. Dia tak dapat menandingi kekuatan seorang laki-laki apalagi dengan tubuh lemah seperti ini.
“Tuan Kirkland. Sudah lama tidak bertemu
denganmu.” Jongwoon membuka pembicaraan. “Aku Jongwoon Kim, ‘Rose Hip-White
Rose’ nomor 4.”
“Jongwoon yah.. Hmm, sepertinya aku
mengenalmu.” Ucap Arthur santai, Jongwoon kemudian menyerangnya secepat kilat,
namun sayang gerakannya dapat terbaca dengan mudah oleh seorang Arthur.
“Arghh!” rintihnya. Cairan merah kental
mengalir dari lengan kanannya. “Cih, sepertinya kau lupa ya. Dalam organisasi,
kau dilarang melawan ketua tim mu. Kalau kau melawannya ini adalah akibatnya.
Beruntung aku hanya menyayat dagingmu saja. Kalau kau bukan anak buahku,
mungkin sudah kupatahkan tulang lenganmu.” Ucap Arthur.
“Kau sudah bukan ketua kami lagi! Kau adalah pengkhianat!” ucap Taeyeon. “Oh, ternyata kau berani juga ya..” Ucap Arthur menggenggam wajah Taeyeon dengan kasar. “Apakah kau ingin aku mematahkan rahangmu, agar kau tidak bisa bicara lagi, huh?” ucapnya tertawa. “Jangan ganggu dia!” ucap Baekhyun yang mencoba menolong Taeyeon. Namun, seperti biasa Arthur dapat dengan mudah menyingkirkannya dan melemparnya jauh.
“Baekhyun-ah!” teriak Taeyeon. “Tidak akan
kumaafkan!” Taeyeon mengumpulkan seluruh kekuatannya dalam satu pukulan. BUGH!
Dan itu berhasil membuat Arthur merintih kesakitan. Taeyeon segera menghampiri
Baekhyun dan kemudian membungkus lukanya dengan sobekkan kain bajunya.
“Jangan ganggu teman-temanku! Lawanmu adalah
aku! Jangan sentuh mereka!” ucap Jihye marah. “Oh, ternyata gadis lugu ini juga
ingin melawanku yah?” ucap Arthur kemudian menyuruh anak buahnya mengambil
pisau yang telah diasah tajam.
“Silahkan saja jika kau ingin membunuhku!”
tantang Jihye. Ia menduga bahwa Arthur sama sekali tidak tahu.
“Baiklah, kau yang memintanya! Aku akan
mengabulkannya untukmu!” ucap Arthur siap mengayunkan pedang samurainya untuk
memenggal kepala Jihye. “Tunggu!” teriak seseorang menghentikan adegan itu.
“Jangan sakiti gadis itu!”
“Ya, Kim Kibum! Kau baru saja merusak
kesenanganku! Sekarang apa, kau ingin berpihak kepadanya?” ucap Arthur yang
kelihatannya mulai kesal. Kibum menghampirinya dengan perasaan bimbang.
“Bukan seperti itu..” Kibum menyangkalnya.
“Lantas, ada apa? Oh ya, apakah kau sudah
menemukan dimana lencana itu berada?”
“Lencana itu.. Ada disini..”
“Disini? Dimana?” Tanya Arthur yang
celingukan mencari kesekeliling.
“Lencana itu, bukan berupa sebuah benda.
Melainkan, seseorang.. Yaitu Lee Jihye sendiri.” Ucap Kibum sambil menunjuk
kearah Jihye. Arthur menoleh kearahnya. “Kau adalah lencana itu?” ucapnya tak
percaya.
“Hanya saja, aku tidak tahu, lencana seperti
apa yang ada pada dirinya.” Ucap Kibum ragu.
“Aku akan memberitahukan dimana lencana
tersebut, tetapi dengan satu syarat.” Ucap Jihye angkat bicara. Mereka
terkejut.
“Syarat apa?” Tanya Kibum. “Lepaskan
teman-temanku. Jangan sakiti mereka.” Arthur tampak berpikir. “Hmm, baiklah.
Aku terima tawaranmu.”
“Andwae! Jihye-ya! Jangan percaya omongan
mereka! Mereka licik!” teriak Kyuhyun memperingatkan Jihye, berusaha
menggapainya. Jongwoon juga ingin melakukan hal yang sama, namun apa daya. Kini
dia tengah berada dalam keadaan setengah sadar. Walaupun Jihye tahu resikonya
tinggi, ia hanya berusaha untuk melindungi teman-temannya. Orang yang berharga
baginya.
****
Friday, 13th
June 2008
Hari lepas hari, kehidupannya semakin
dikekang. Walaupun sudah berjanji, tetap saja mereka mengingkarinya. Dan hingga
sekarang, teman-temannya masih disiksa karena memilih tetap bungkam. Sedangkan
Jihye sama sekali tidak mengetahui hal itu.
“Bagaimana keadaan teman-temanku?” tanyanya
kepada salah seorang petugas yang berjaga didepan pintu. “Aku tidak tahu
pastinya. Tapi setahuku mereka baik-baik saja dan akan segera dibebaskan.”
Jihye menghela nafas panjang. Dia sudah muak mendengar jawaban yang sama setiap
harinya. Segera dibebaskan? Memangnya mereka berada dalam kurungan penjara?
‘Ceklek’ seseorang memutar gagang pintu.
Sosok orang baru-baru ini menjadi musuhnya datang bersama pria yang menjadi
tangan kanan ayahnya kini.
“Jadi, apa kau sudah siap untuk
pertukarannya?” Tanya Arthur licik. Jihye menatapnya tajam penuh amarah. Ia
punya firasat buruk soal ini. Sementara Kibum, hanya menatap kedepan.
Pandangannya kosong, seperti sedang memikirkan sesuatu. Arthur member kode
untuk mengusung Jihye mengekori mereka.
“Biarkan aku berjalan sendiri. Aku tidak akan
lari, tenang saja.” Ucapnya meyakinkan. Kemudian mengikuti mereka ketempat
dimana teman-temannya dikurung selama ini. Jihye menutup mulut dengan telapak
tangannya menyaksikan penderitaan yang dialami teman-temannya.
“Eonni, oppa! Chingudeul!” Jihye melangkah
maju perlahan. “Aku memberikan waktu 1 jam untukmu mengucapkan salam perpisahan
pada mereka. Gunakan waktu itu sebaik mungkin! Karena setelah ini, kau tidak
akan pernah bertemu dengan mereka lagi, mengerti?” ucap Arthur yang langsung
disambut dengan anggukan Jihye. “Gadis pintar..” BLAM! Pintu ditutup kencang.
Jihye langsung memeluk mereka satu persatu.
“Maaf, karena aku kalian harus menderita
seperti ini..” Jihye meneteskan bulir-bulir air mata. Tak kuasa menahannya, dia
tak tega melihat orang-orang didepannya menjadi seperti ini.
“Gwaenchana. Karena kami sudah menganggapmu
sebagai bagian dari keluarga kami. Karena itu, sesama anggota keluarga harus
saling melindungi, kan?” ucap Taeyeon rintih, menahan sakit setelah dicambuk
berpuluh-puluh kali.
“Mianhae.. Jeongmal mianhae..” Jihye merasa
sangat bersalah atas kejadian yang menimpa teman-temannya kini.
“Jangan terus mengatakan maaf, itu hanya akan
membuat kami merasa sakit..” ucap Jongwoon, memeluknya. “Berjanjilah, sampai
kapanpun kita akan menjadi sebuah tim.” Ucap Kyuhyun yang diikuti anggukkan
dari yang lainnya. Ruangan tersebut menjadi saksi bisu atas persahabatan
mereka. Apakah petualangan mereka akan berakhir ironi seperti ini?
‘Setelah satu jam berlalu, mungkin aku tidak
dapat melihat mereka lagi. Aku.. Tidak ingin hal ini terjadi. Mereka sudah
berkorban banyak bagiku, hanya ini yang dapat kulakukan untuk membalas semua
kebaikan yang telah diberikan padaku..’
****
“Sekarang pun belum terlambat!” seseorang
berbisik kepadanya. Bayangan seorang wanita yang samar-samar menghampirinya.
Kali ini, gadis itu datang kepadanya dengan tersenyum. “Aku mengandalkanmu!
Masa depan organisasi ada tanganmu..” ucapnya kemudian menghilang.
‘Bahkan disaat seperti ini pun, dia
menyempatkan diri untuk menyemangatiku, walaupun rasanya akan sia-sia.. Aku
ingin menyelamatkan mereka.’
SKIP TIME
Mereka membawa Jihye dan yang lainnya kembali
ke Seoul menggunakan pesawat. Mereka menutupi luka Taeyeon, Jongwoon, Kyuhyun,
Baekhyun, Miyoung, Luhan dan Jongin dengan pakaian tebal untuk menghindari
massa.
Arthur memisahkan Jihye dengan
teman-temannya. Sesuai janjinya beberapa hari yang lalu, ia akan melepaskan
mereka. Tentunya setelah puas menyiksa mereka sebagai ganti tidak membunuh
generasi terakhir yang tersisa dalam organisasi tersebut.
“Kau tentunya ingat tempat ini, kan?” ucap
Arthur membawa Jihye masuk kesebuah ruangan yang cukup gelap. “Ini..”
“Ya, tempat pelatihanmu selama kau berada di
organisasi. Sudah berapa lama yah?”
‘Aku ingin mengetahui kebenarannya. Walaupun
aku harus mengorbankan sesuatu yang berharga bagiku. Jika aku harus mati
disini, jika aku bisa menyelamatkan orang-orang yang berharga untukku, itu akan
ku lakukan.’
“Jangan basa-basi lagi, segera tunjukkan
dimana lencana itu?” ucap Arthur memaksa. “Tuan, kita sudah tidak punya banyak
waktu.” Ucap salah seorang dari anak buah Arthur berbisik, namun Jihye dapat
mendengarnya dengan jelas.
“Berapa lama waktu yang tersisa?”
“Sekitar 15 menit lagi, kita harus bergegas.”
Kemudian Arthur menuju kearah Kibum yang berada sedikit jauh dengannya.
“Kim Kibum, sesuai dengan janjiku. Aku akan
mengabulkan satu permintaanmu. Dan kau Jihye, sekarang tunjukkan dimana lencana
itu!”
Jihye tampak berpikir, kemudian tersenyum.
Sepertinya dia punya rencana.
“Bagaimana jika kita menyelesaikannya dengan
sebuah teka-teki?” usul Jihye. “Mwo? Kau ingin mempermainkanku?” ucap Arthur
geram. Sebenarnya, Arthur mungkin sudah akan membunuhnya jika Jihye bukanlah
orang yang diharapkannya.
“Kalau kau tidak mau, maka selamanya kau
tidak akan mendapatkan ‘kursi’mu!” ucap Jihye melawannya. Dengan terpaksa,
Arthur mengiyakan permintaan terakhir gadis itu.
‘Jika kau mendekatinya, kau akan terluka.
Namun hanya dengan melihatnya saja, hatimu
akan terasa sakit.
Ia yang menyimpan banyak kenangan didalamnya.
Kini, dirinya terlukiskan pada tubuh seorang
gadis.
Terukir begitu indah, namun tak seorang pun
menyadarinya
Walaupun berada ditempat yang terang
sekalipun.’
Tanpa perlu pikir panjang, Kibum langsung
mengetahui makna dari teka-teki tersebut, kemudian dia mendekat kearah Jihye
dan memeluknya. Arthur menyernyitkan dahinya. Kibum memberikan kode untuk
menyuruh mereka pergi dari tempat itu, karena waktu terus berjalan. Dengan
ragu, Arthur akhirnya pergi dari tempat tersebut.
Kibum terus memeluknya hingga mereka semua
menghilang, namun anehnya Jihye sama sekali tidak bereaksi. “Kenapa kau melakukan
semua ini?” Tanya Jihye pelan. Masih dalam posisi yang sama.
“Kau tidak akan mengerti apa yang kurasakan.
Kau tahu betapa pahitnya cinta yang bertepuk sebelah tangan selama 6 tahun, dan
ditambah lagi dia juga adalah orang yang telah menghancurkan hidupku?” Kibum
melepaskan pelukannya dan menatap Jihye intens.
“Menghancurkan hidupmu?” Kibum memalingkan
pandangannya. Dia tahu bahwa Jihye masih tidak mengerti arah pembicaraannya.
‘Lebih baik kau mengakuinya sekarang, agar aku tidak usah mengotori tanganku
lagi’
“Kau ingat saat kubilang orangtuaku meninggal
saat aku masih kelas 3 SD?” Jihye mengangguk. Saat itu mereka meninggal bukan
karena kecelakaan, tetapi karena dibunuh.” Jihye terkejut mendengarkan
perkataannya, kemudian Kibum kembali menatapnya, namun dengan tatapan yang
lebih tajam. “Dan mereka terbunuh karena orangtuamu!!” ucap Kibum menodongkan
sebuah pisau kearah Jihye.
“Orangtuaku? Memangnya atas dasar apa kau
mengatakan orangtuaku pelakunya?”
“Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri,
ayahmu yang membunuh orangtuaku! Dia menggunakan seragam ‘Rose-Hip’ bersama
dengan yang lainnya untuk melakukan pembersihan ‘mawar putih’!” gertak Kibum,
sembari mendekatkan pisau tersebut kearah leher Jihye.
“Tunggu sebentar! Apa maksudmu?! Tidak
mungkin itu adalah Ayahku!”
“Mwo? Bahkan disaat seperti ini kau masih
bersikeras untuk mengatakan bahwa itu bukan dia?!”
“Ayahku.. Tidak pernah masuk dalam organisasi
itu..”
“Mworago?”
“Orangtuaku tidak pernah terlibat sedikit pun
dengan organisasi ‘Rose Hip’. Mereka hanya menyuruhku untuk mengikuti
organisasi ini, karena itulah mereka membiarkan aku hidup sendirian di Seoul. Bahkan
setelah bertahun-tahun, kami hanya berbicara lewat telepon saja! Bagaimana
mungkin orangtuaku dapat membunuh Ayahmu? Sedangkan saat aku kelas 3 SD saja,
aku belum mengenal organisasi ini! Bagaimana caranya Ayahku dapat berada
disana?” Jelas Jihye.
“Mworago? Jadi maksudmu…”
“Mungkinkah, dia adalah orang yang menyamar
dengan menggunakan pakaian yang bernamakan ayahku?” gumam Jihye. “Kibum-ssi,
apakah kau mengingat siapa yang telah membunuh ayahmu?”
“Lee Hyun Min” ucapnya mantap. Jihye
membelalakkan matanya. “Lee Hyun Min bukanlah nama dari ayahku. Itu adalah nama
Korea dari Arthur.. Ayahku yang membuatkannya, sebelum Arthur pergi ke Korea dulu..”
Kibum yang mendengar hal itu hanya bisa terdiam dan menundukkan kepala, hatinya
terguncang.
“Mianhaeyo, appa.. Aku memang anak yang tidak
berbakti..” ucap Kibum lirih, Jihye mendekatinya perlahan, kemudian memeluknya.
“Maafkan aku, Jihye-ya.. Aku telah
berprasangka buruk padamu selama ini. Menyimpan dendam yang sia-sia, dan malah
menuruti apa yang diperintahkan oleh orang yang telah membunuh Ayahku.” Jihye
mencoba menenangkannya untuk beberapa saat, kemudian Kibum mengingat sesuatu
hal yang penting dan menyuruh Jihye untuk segera pergi.
“Jihye-ya. Aku punya sebuah permintaan
padamu.” Ucap Kibum sambil berusaha membawa Jihye keluar.
“Permintaan apa?” tanyanya bingung. “Jaga
dirimu baik-baik. Kita akan bertemu lagi, suatu saat nanti..” ucap Kibum mendorong
Jihye keluar.
“Apa maksudmu? Bukankah sebaiknya kau ikut
denganku? Mari kita buka lembaran baru bersama-sama..” ucapan Jihye membuat
Kibum tersentak, kemudian tersenyum.
“Aku sudah tidak pantas berada disisi kalian
lagi, oleh karena itu biarkan aku pergi..” ucap Kibum.
“Kenapa kau berpikiran seperti itu? Lagipula
kau bukan orang jahat! Kita bisa menganggap semuanya tidak pernah terjadi. Aku
yakin semua pasti akan memakluminya!” ucap Jihye sambil tersenyum. “Walaupun
kau berkata begitu..”
“Mengapa kita tidak mencobanya saja? Aku
yakin, jika kau menghabiskan waktumu dengan hal-hal yang positif seiring
berjalannya waktu, kenangan buruk itu akan terkikis..” ucap Jihye seraya
mengembangkan senyumannya. “Aku berharap suatu saat bisa tersenyum sepertimu..”
****
‘Terdengar suara mobil polisi menuju ketempat
tersebut’
“Suara apa itu?” Tanya Arthur menyuruh anak
buahnya untuk memeriksa keadaan sekitar.
“Gawat! Polisi berada disini!”
“Segera bergerak dan pergi dari tempat ini!”
ucap Arthur, namun terlambat. Mereka sudah terkepung polisi sebelum berhasil
kabur. Kyuhyun, Jongwoon, Taeyeon dan yang lainnya juga berada ditempat itu.
“Kenapa kalian bisa..?” “Ahjussi, apakah Anda
lupa bahwa dua orang dari kami adalah polisi?” Kyuhyun tersenyum menyeringai.
Namun dia belum puas, karena masih ada hal yang harus dilakukannya.
BOOOM!! *terdengar suara ledakan dari arah
gedung pelatihan. “Jihye-ya!” teriak Kyuhyun yang segera pergi diikuti oleh
Taeyeon dan Jongwoon. Sementara Arthur dan anak buahnya akan diurus oleh Jongin
dan Luhan yang membawa aparat hukum bersamanya.
Kyuhyun celingukan mencari-cari kemana
perginya gadis tersebut. Dia sama sekali tidak menemukan petunjuk keberadaan
gadis tersebut. Tidak ada tanda-tanda bahwa dia berada disekitar situ, ataupun
dia tengah berada didalam gedung yang terbakar. Kyuhyun berteriak memanggil
namanya, namun tidak ada jawaban.
“Jihye-ya.. Demi kami kau..” Taeyeon menahan
isak tangisnya. “Jihye-ah! Kenapa kau tidak menjawabku?! Jawab aku Lee
Jihye!!!” Kyuhyun berteriak lebih keras. “Gadis bodoh! Ini kah yang kau
maksudkan permintaan terakhirmu?” Ucap Jongwoon yang mencoba menenangkan
Taeyeon.
“Aku punya sebuah permintaan.”
“Apa itu?”
“Aku ingin kalian menangkap Arthur dan menghapuskan
organisasi kita..”
“Bagaimana caranya?”
“Ikuti instruksi ini saat kita sudah sampai di Seoul
nanti. Setelah sampai disana, segeralah menghubungi kantor polisi untuk pergi
ke gedung pelatihan. Siapkan pasukan untuk mengepung Arthur dan anak buahnya.
Ambil kesempatan saat mereka lengah. Kemudian tangkap mereka. Dan setelah kasus
ini selesai.. Kalian semua hiduplah dengan tenang, tanpa perlu memikirkan
tentang kesedihan didunia.
Hiduplah dengan bahagia, tanpa perlu mengkhawatirkan
tentang hal-hal seperti ini..”
****
Monday, 23rd
June 2008
“Ledakan bom yang dari sebuah gedung tua yang
diduga adalah gedung bekas pelatihan sebuah organisasi agen rahasia kepolisian
‘Rose Hip’, telah menewaskan puluhan orang yang berada ditempat kejadian.”
“Hei, lihat. Itu ada kita!” celetuk Jongin
semangat melihat aksi mereka dalam TV. “Sssst! Diamlah! Aku tidak bisa
mendengarnya jika ka uterus berisik seperti itu!” ucap Miyoung kesal.
“Namun, hingga kini tim SAR masih belum bisa menemukan
mayat dari kedua mantan anggota organisasi tersebut. Menurut Kim Jongwoon
selaku perwakilan dari organisasi tersebut mengatakan bahwa mereka akan segera menutup
organisasi tersebut. Berikut ulasannya : “Ya,
kami akan membubarkan organisasi tersebut secara resmi. Walaupun ‘Rose Hip’
sudah sejak lama tidak beroperasi, namun kami sebagai anggotanya masih menjadi
bagian darinya. Oleh karena itu, mulai hari ini kami akan membubarkan secara
resmi organisasi tersebut. Dan untuk generasi terakhir ‘Rose Hip-White Rose’
yang berada dimanapun,kuharap kalian dapat menjalani hidup sebagai orang biasa,
hiduplah dengan bahagia, tanpa perlu mengkhawatirkan hal-hal buruk tentang ‘Rose
Hip’..” Sekian berita terhangat pagi ini, Kim Yura melaporkan!”
“Apakah luka kalian sudah mulai membaik?” Tanya
Taeyeon yang menghampiri Miyoung, Jongin, Luhan, dan Kyuhyun yang sedang sibuk
dengan televisi.
“Syukurlah, hyung melakukannya dengan baik!”
ucap Luhan lega. Pasalnya sempat terjadi perdebatan tentang hal tersebut. “Lebih
baik kalian makan dulu! Kami sudah membeli sarapan untuk kalian semua!” ucap Baekhyun yang segera
mengeluarkan beberapa kotak nasi dari dalam kantung plastik. Luhan, Jongin dan
Miyoung segera menyambar keruang makan, sementara Kyuhyun masih terpaku didepan
TV.
“Bukankah liputan tentang ledakan itu sudah
selesai? Apa kau tidak ingin sarapan dulu?” Tanya Taeyeon yang prihatin dengan
Kyuhyun, karena semenjak kejadian tempo hari, Kyuhyun menjadi sosok yang
berbeda. “Aku mengerti kesedihan yang kau rasakan. Kami semua juga merasa terpukul
atas apa yang telah menimpa Kibum dan Jihye.” Ucap Taeyeon mencoba membantu
Kyuhyun memikul beban yang ada padanya kini.
“Kenapa gadis itu begitu tega meninggalkan
kita? Hanya untuk seorang pria yang bahkan mencoba membunuhnya?”
“Kau ingat bukan apa yang dikatakannya pada
kita?!” Taeyeon meledak. Ia meluapkan emosi dan kesedihannya melalui air mata.
“Hiduplah dengan tenang, tanpa perlu
memikirkan tentang kesedihan didunia.Hiduplah dengan bahagia, tanpa perlu
mengkhawatirkan tentang hal-hal seperti ini..” Taeyeon mengucapkan kalimat yang
sama yang pernah dilontarkan oleh Jihye saat itu. Semua yang mendengarnya
menghentikan aktivitasnya. “Nafsu makanku sudah hilang. Aku kenyang.” Ucap Jongin
yang baru saja melahap beberapa sendok makanannya.
“Tidakkah kau berpikir mengapa dia mengatakan
hal seperti itu? Bahkan jika dia hanya ingin menghibur kita.. Aku juga sedang
berusaha untuk melupakan kenangan buruk tentang hari itu. Tidakkah kau
melakukan hal yang sama?” ucap Taeyeon, Kyuhyun hanya bisa mematung. Pada saat
yang sama Jongwoon muncul dihadapan mereka.
“Jika kau tidak dapat melupakan kenangan
pahit tentang mereka, mengapa kau tidak menghidupkan kenangan manis yang mereka
berikan padamu?” Jongwoon angkat bicara. “Ya, kau benar. Tidak mungkin dapat
melupakan seseorang dalam waktu yang singkat. Tapi tidak ada salahnya jika kita
mencobanya kan?” Hari itu, diakhiri dengan isak tangis kepada orang-orang yang
sangat mereka rindukan, seseorang yang berharga dalam hidup.
Walaupun kita sudah tidak dapat bertemu
dengan mereka dikemudian hari, bukankah kita dapat menyimpan kenangan manis
saat bersama mereka? Ingatlah satu hal ini, kenangan atas seseorang akan selalu
hidup walaupun kau tidak bersama raganya lagi.
Friday, 13th June 2014
“Peringatan kematian mereka yang ke-6, kali
ini sepertinya sedikit sepi yah..” ucap Kyuhyun yang tengah berdiri didepan
batu nisan yang berukirkan
‘R.I.P Lee Ji Hye 4th June 1991-13th
June 2008’
“Ya, kau benar.. Sepertinya hanya kita yang
bisa datang. Yang lainnya sedang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.” Ucap
Jongwoon yang kemudian meletakkan seikat bunga tepat didepan batu nisan
tersebut.
“Mi Young tidak bisa datang karena jadwal
yang padat. Dia pasti sedang berpose didepan kamera untuk pemotretan cover
majalah terbaru. Baekhyun sekarang sedang mengurusi pasiennya di rumah sakit
sekarang. Luhan dan Jongin, kini mereka sedang ada tugas dinas ke luar kota.” Ucap
Taeyeon.
“Kim Taeyeon, kau bahkan masih berbicara
layaknya kita sedang memecahkan sebuah misteri saja!” gurau Jongwoon. Dan itu
mengundang tawa dari mereka bertiga.
“Sepertinya, aku jadi rindu masa-masa saat
kita masih SMA dulu. Ya, disaat kita memecahkan misteri bersama-sama..” ucap
Taeyeon menghela nafas.
“Ya, waktu berjalan begitu cepat yah.. Oh ya,
Kyuhyun-ssi memangnya kau tidak ada kelas hari ini?” Tanya Jongwoon, mengingat
Kyuhyun telah menjadi mahasiswa di sebuah universitas terkenal. “Hmm, aniya.
Sebentar lagi juga aku akan sarjana, dan aku sudah menyelesaikan skripsiku.
Hanya tinggal memperbaikinya sedikit lagi.”
“Aku juga mengambil cuti hari ini, yah
terkadang menjadi seorang guru itu melelahkan.” Ucap Taeyeon. “Bagaimana
denganmu, Jongwoon-ssi?” sambungnya.
“Seperti yang kalian tahu, aku telah diangkat
sebagai Asisten Kepala Kepolisian Seoul. Karena atasanku tahu hari ini
peringatan kematian kedua teman kita, dia mengizinkanku untuk libur hari ini.” Jelas
Jongwoon. “Kajja, kita pulang. Ini sudah mulai larut.” Sambungnya. Kemudian
mereka segera bergegas untuk pulang.
Didekat tempat mereka memarkirkan mobil,
muncul seorang perempuan yang menggunakan kemeja putih dengan celana levi’s
panjang beserta topi hitam berjalan menuju ketempat yang mereka datangi
barusan. Kemudian disusul oleh seorang laki-laki yang berpakaian t-shirt warna
putih dengan celana hitam panjang, dan juga topi hitam.
Kyuhyun melihat mereka dengan perasaan aneh.
Perasaan seperti pernah bertemu mereka sebelumnya. Oh! Mereka terlihat seperti
Kibum dan Jihye! Namun, mungkin itu hanya perasaannya saja, yah. Perasaan rindu
pada seseorang..
“Oh ya, bukankah mayat Jihye dan Kibum belum
ditemukan?” Tanya Taeyeon pada Jongwoon yang sedang memasang sabuk pengaman.
“Ya, walaupun kasus ini berakhir dengan akhir
yang kurang memuaskan. Pasalnya, mereka menduga bahwa mayat mereka berdua telah
hangus terbakar pada saat ledakan. Ya, dan sepertinya itu masuk akal..” ucap
Jongwoon santai.
“Tapi… Bagaimana jika mereka sebenarnya tidak
berada disana?” Celetuk Kyuhyun yang membuat mereka menoleh kearahnya.
****
“Tidakkah kau merasa ini lucu?” Seorang gadis
sedang berdiri didepan sebuah porselin berbentuk tugu yang bertuliskan namanya
disana.
“Kenapa?” Tanya seorang pria yang berada
disampingnya.
“Hei, ayolah.. Kim Kibum! Kau kira setelah
enam tahun berturut-turut kita bertingkah seolah tidak ada yang terjadi,
memangnya hal seperti ini menyenangkan apa?” ucap gadis itu kesal.
“Tenang saja, suatu hari nanti kita akan
kembali ke sisi mereka lagi. Yang penting, sekarang misteri Friday The 13th
itu sudah selesai bukan?” ucap pria itu tersenyum manis.
THE END
Yeah! Akhirnya selesai juga chapter terakhirnya~ Wkwkwk
Maaf menunggu lama FF ini selesai. Jangan lupa kritik sarannya yah! Jangan jadi pembaca gelap ^o^
Kalau dibuat sequelnya, kira-kira ada yang setuju gak yah? Ditunggu komentarnya!